Pengertian
Konflik
Konflik adalah adanya situasi atau keadaan oposisi
atau pertentangan pendapat, sikap, tindakan di antara orang-orang,
kelompok-kelompok atau organisasi-organisasi (Schermerhorn, 1986). Menurut
Wirawan (2013:1-2 ).Konflik merupakan salah satu esensi dari kehidupan dan
perkembangan manusia yang mempunyai karekteristik yang beragam. Konflik merupakan salah satu gejala psikologis yang umumnya
menggiring individu pada suasana kurang menguntungkan terutama jika kita tidak
mengatasinya. Peristiwa ini dipastikan dapat dialami semua orang baik orang tua
maupun muda, anak usia pra sekolah, anak SD sampai mahasiswa, bahkan tua renta
sekalipun karena konflik berawal dari proses pengambilan keputusan dalam hidup.
Pengambilan keputusan dalam kehidupan itu pada dasarnya adalah suatu proses
memilih atau menentukan pilihan di antara sekian banyak pilihan. Artinya
pilihan itu tidak satu, melainkan lebih dari satu, sehingga dalam suasana
tertentu dapat menyulitkan orang yang harus memilih dan diperlukan keputusan
yang tepat.
Jenis-jenis Konflik
Sekurang-kurangnya dapat dikenali ada 3 jenis konflik, yaitu
:
a.
Konflik
Mendekat-Mendekat ( Approach-approach Conflict )
Konflik jenis ini terjadi ketika seseorang menghadapi dua
pilihan atau lebih sama kuat yang disukai atau bersifat positif bagi dirinya.
Misalnya ketika seseorang mendaftar ke 2 SMP yang dia inginkan, dan ternyata
dia di terima di kedua SMP, dia sangat bingung dan pada saat itulah terjadi
konflik mendekat-mendekat.
b.
Konflik
Menjauh-Menjauh ( Avoidance-avoidance Conflict )
Konflik jenis ini terjadi ketika seseorang dihadapkan pada
dua keadaan atau lebih yang semuanya tidak disukai atau memiliki konsekuensi
negative bagi dirinya. Misalnya ketika seseorang yang kesiangan sekolah dia di
suruh memilih apakah mau melaksanakan hukuman atau tidak masuk kelas. Keduanya
adalah pilihan yang buruk bagi seseorang itu, dia harus berpikir mencari
keputusan.
c.
Konflik
Mendekat-Menjauh ( Approch-Avoidance Conflict )
Konflik jenis ini sulit dipecahkan dikarenakan terjadi
ketika seseorang di hadapkan pada suatu keadaan yang mengandung baik atau
positif maupun negatif sekaligus. Misalnya, seorang peserta didik yang baru
lulus SMA dengan bakat dan cita-cita pada seni dituntun orang tuanya untuk
melanjutkan ke jenjang kuliah disalah satu jurusan atau progam studi pendidikan
yang menurut orang tuanya sangat menunjang bagi masa depannya. Bagi peserta
didik ini tuntutan orang tuanya bisa menjadi sumber konflik mendekat-menjauh.
Pasalnya, jika dia menuruti kemauaan orang tuanya dia akan mendapatkan msa
depan yang cerah, ini merupakan konsekuensi positif. Tetapi juga memunculkan
dilema negative karena peserta didik berbakat pada bidang seni dan mempunyai
keinginan kuat melanjutkan di bidang tersebut. Artinya potensi dan harapannya
terkubur.
Selain jenis-jenis konflik di atas ada juga beberapa jenis
konflik , diantaranya :
a.
Konflik
Dilihat dari Fungsi
Berdasarkan fungsinya konflik dibagi menjadi dua macam,
yaitu:
- Konflik Fungsional (Functional Conflict). Konflik fungsional adalah konflik yang mendukung pencapaian tujuan kelompok, dan memperbaiki kinerja kelompok.
- Konflik Disfungsional (Dysfunctional Conflict). Konflik disfungsional adalah konflik yang merintangi pencapaian tujuan kelompok.
b. Konflik
Dilihat dari Pihak yang Terlibat di Dalamnya
Berdasarkan pihak-pihak yang terlibat di dalamnya, konflik
dibagi menjadi enam macam, yaitu:
- Konflik dalam Diri Individu (Conflict within The Individual). Konflik ini terjadi jika seseorang harus memilih tujuan yang saling bertentangan, atau karena tuntutan tugas yang melebihi batas kemampuannya.
- Konflik antar-Individu (Conflict among Individuals). Konflik ini terjadi karena perbedaan kepribadian (personality differences) antara individu yang satu dengan individu yang lain.
- Konflik antara Individu dan Kelompok (Conflict among Individuals and Groups). Konflik ini terjadi jika individu gagal menyesuaikan diri dengan norma - norma kelompok tempat ia bekerja.
- Konflik antar Kelompok dalam Organisasi yang Sama (Conflict among Groups in the Same Organization). Konflik ini terjadi karena masing-masing kelompok memiliki tujuan yang berbeda dan masing-masing berupaya untuk mencapainya.
- Konflik antar Organisasi (Conflict among Organizations). Konflik ini terjadi jika tindakan yang dilakukan oleh organisasi menimbulkan dampak negatif bagi organisasi lainnya. Misalnya, dalam perebutan sumberdaya yang sama.
- Konflik antar Individu dalam Organisasi yang Berbeda (Conflict among Individuals in Different Organizations). Konflik ini terjadi sebagai akibat sikap atau perilaku dari anggota suatu organisasi yang berdampak negatif bagi anggota organisasi yang lain. Misalnya, seorang manajer public relations yang menyatakan keberatan atas pemberitaan yang dilansir seorang jurnalis.
Faktor-Faktor
Penyebab Konflik
1) Perbedaan
Individu
Perbedaan ini meliputi
perbedaan pendirian dan perasaan. Setiap orang memiliki pendirian dan perasaan
yang berbeda-beda satu dengan lainnya. Perbedaan ini dapat menjadi faktor
penyebab konflik sosial, sebab dalam menjalani hubungan sosial, seseorang tidak selalu sejalan dengan
kelompoknya. Misalnya, ketika peserta didik diberi permainan, tentu perasaan setiap anak akan
berbeda-beda. Ada yang merasa terganggu karena berisik, tetapi ada pula yang
merasa terhibur.
2) Perbedaan
Latar Belakang K ebudayaan
Pemikiran dan pendirian yang akan
menghasilkan perbedaan individu yang dapat memicu konflik. Misalnya disekolah anak-anak itu berasal dari
berbagai daerah, sehingga kebudayaan yang dimilikinya pun berbeda, sehingga menyebabkan konflik.
3)
Perbedaan
Kepentingan antara Individu atau Kelompok
Dalam
waktu yang bersamaan, masing-masing orang atau kelompok memiliki kepentingan yang berbeda-beda. Kadang-kadang orang dapat melakukan hal yang sama,
tetapi untuk tujuan yang berbeda-beda. Sebagai contoh, misalnya dalam
bersekolah ada anak-anak yang benar-benar ingin belajar dan ada pula yang hanya
ingin mendapatkan uang jajan.
4)
Perubahan-perubahan N
ilai yang Cepat dan Mendadak. Perubahan
adalah sesuatu yang lazim dan wajar terjadi, tetapi jika
perubahan itu berlangsung cepat atau bahkan mendadak, perubahan tersebut dapat
memicu terjadinya konflik sosial. Misalnya, pergantian kepala sekolah yang biasanya semua aturan langsung diubah secepatnya yang menyebabkan konflik terhadap siswa dan gurunya.
Pandangan
Mengenai Konflik
Ada tiga pandangan mengenai konflik, yaitu:
a.
Pandangan tradisional
Pandangan ini menyatakan bahwa konflik
harus dihindari karena akan mennimbulkan kerugian. Dalam aliran ini memandang
konflik sebagai sesuatu yang tidak menguntungkan, sesuatu yang buruk dan selalu
merugikan dalam suatu organisasi. Oleh karena itu, konflik harus dicegah dan
dihindari sebisa mungin dengan mencari akar permasalahannya.
b.
Pandangann hubungan kemanusiaan
Pandangan ini menyaatakan bahwa konflik
merupakan sesuatu yang alamiah, wajar dan tidak terelakan dalam setiap kelompok
manusia. Konflik tidak selalu dipandang buruk karena memiliki potensi kekuatan
yang positif di dalam menentukan kinerja kelompok. Konflik tidak selamanya
bersifat merugikan, bahkan bisa menguntungkan, yang oleh karena itu konflik
harus dikelola dengan baik.
c.
Pandangan interaksionis
Pandangan ini menyatakan bahwa konflik
bukan sekedar kekuatan positif dalam suaatu kelompok, akan tetapi mutlak
diperlukan untuk suatu kelompok agar dapat berkinerja positif, dengan demikian
konflik harus diciptakan. Pandangan ini didasarkan pada keyakinan bahwa
organisasi yang harmonis, tenang, dan damai ini justru akan membuat organisasi
itu menjadi statis dan tidak inovatif. Hal tersebut akan berdampak pada kinerja
organisasi yang menjadi rendah.
Penanganan
atau penyelesaian konflik
Penyelesaian konflik merupakan suatu strategi
resolusi yang digunakan untuk mencegah konflik agar tidak menjadi destruktif
melainkan dapat menjadi suatu keadaan yang konstruktif dalam mencapai tujuan
organisasi. Terdapat tiga tahapan dalam penyelesaian konflik yang ditawarkan
untuk meningkatkan kinerja dan produktivitas organisasi yaitu: 1) perencanaan
konflik, 2) pelaksanaan konflik, dan 3) evaluasi konflik (Wahyudi, 2008: 111).
a.
Dalam perencanaan penyelesaian konflik
di sekolah:
1. kepala
sekolah dan guru dapat mengidentifikasi sumber penyebab konflik, yaitu
perbedaan pendapat, persepsi, nilai dan tujuan, saling ketergantungan dalam
tugas, sumber daya yang terbatas, sistem penggajian yang kurang adil dan
komunikasi yang kurang harmonis;
2. kepala
sekolah dan guru dapat mengidentifikasi jenis-jenis konflik, yaitu konflik
antar individu, konflik antara individu dengan kelompok, dan konflik antar
kelompok;
3. kepala
sekolah dan guru dapat mengklasifikasi konflik, yaitu antara konflik yang
fungsional dengan konflik yang disfungsional; dan
4. kepala
sekolah dan guru dapat menganalisis konflik yang segera harus diselesaikan dan
konflik yang masih dapat ditunda penyelesaiannya atas dasar dampak yang ditimbulkan
dan banyaknya personal yang terlibat.
b.
Dalam pelaksanaan penyelesaian konflik
di sekolah:
- untuk konflik antar guru, pendekatan yang digunakan adalah kolaborasi, kompromi, dan kompetisi;
- untuk konflik antara guru dengan kepala sekolah, pendekatan yang digunakan oleh Kepala Sekolah adalah rela membantu dan dominasi;
- untuk konflik antara guru dengan kelompok guru, pendekatan yang digunakan adalah kompromi dan kolaborasi; dan
- untuk konflik antar kelompok guru, pendekatan yang digunakan adalah integrasi.
c. Dalam evaluasi penyelesaian konflik di
sekolah:
- kepala sekolah dan guru dapat menekan dampak negatif konflik, yaitu tingkat konflik yangterlalu tinggi, dan tingkat konflik yang terlalu rendah;
- kepala sekolah dan guru dapat meningkatkan dampak positif konflik, yaitu tingkat konflik yang optimal;
- sikap dan perilaku kerja guru meningkat; dan
- hasil kerja guru meningkat.
Cara
Penanganan Konflik Bagi Peserta Didik:
a. Berpikir
untuk mengenali latar belakang penyebab, sumber-sumber, dan inti masalah
konflik, selanjutnya memperkirakan dan menguji jalan keluar, sampai mengatasi
konflik itu sendiri.
b. Meminta
saran atau bertukar pikiran dengan orang yang sangat dipercaya dan mampu
membantu mengatasi konflik.
c. Berkonsultasi
dengan orang ahli (guru atau orangtua)
d. Berserah
diri sambil beribadah sepenuhnya kepada Tuhan Yang Maha Esa, setelah berbagai
usaha dilakukan.
Dampak
Akibat Konflik
Issufiah Dwi Nuryati
(2012) dalam jurnalnya menunjukkan bahwa konflik memberikan dampak positif dan
negatif. Dampak positif yang tampak adalah semua personil makin meningkat
kemauan untuk bekerja sama dalam memajukan sekolahnya. Dampak negatif yang
ditimbulkan dari adanya konflik antara lain dengan penataan dan pemenuhan jam
mengajar minimal 24 jam maka ada sebagian guru yang tidak mendapatkan jam
penuh. Makna yang dapat diperoleh dalam mengatasi struktur organisasi harus
memberikan kontribusi positif dan evektifitas, organisasi membutuhkan asumsi
mengenai kemampuan dan motifasi dari mereka yang mempunyai kekuasaan untuk
mendesainnya.
Dampak buruk secara
umum:
a)
Menghambat
komunikasi, karena pihak-pihak yang berkonflik cenderung tidak
berkomunikasi.
b)
Menghambat
keeratan hubungan.
c)
Mengganggu kerja
sama.
d)
Mengganggu
proses mengajar,bahkan menurunkan kualitas peserta didik.
e)
Menimbulkan
ketidakpuasan.
f)
Perubahan kepribadian
pada individu, misalnya timbulnya rasa dendam, benci,
saling curiga dan lain-lain.
g)
kerusakan harta
benda dan hilangnya jiwa manusia.
h)
Dominasi
bahkan
penaklukan
salah
satu
pihak
yang
terlibat
dalam konflik.
Dampak
baik secara umum:
a)
Membuat
suatu
organisasi
hidup,
bila
pihak-pihak
yang berkonflik
memiliki kesepakatan untuk mencari jalan keluarnya.
b)
Berusaha menyesuaikan
diri dengan lingkungan merupakan salah satu akibat dari
konflik, yang tujuannya tentu meminimalkan konflik yang akan terjadi dikemudian
hari.
c) Melakukan
adaptasi,
sehingga
dapat
terjadi perubahan
dan perbaikan
dalam system serta prosedur, mekanisme, program, bahkan tujuan organisasi.
d)
Memunculkan
keputusan-keputusan yang inovatif.
e)
Memunculkan
persepsi
yang
lebih
kritis
terhadap
perbedaan pendapat.
f)
Meningkatkan
solidaritas
sesama
anggota
kelompok
(ingroup) yang
mengalami konflik dengan kelompok lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar