Di dunia ini banyak sekali konflik yang disebabkan karena
kelekatan kita pada identitas sosial kita. Kita merasa menjadi bagian dari
suatu kelompok tertentu, entah ras, etnis, bangsa, negara ataupun agama. Lalu,
kita beranggapan, bahwa kelompok kita memiliki kebenaran tertinggi. Kelompok
lain adalah kelompok sesat. Kesalahan berpikir ini telah mengantarkan manusia
pada konflik berdarah, pembunuhan massal, pembersihan etnis sampai dengan
genosida. Ratusan juta orang terkapar berdarah sepanjang sejarah, akibat
kesalahan berpikir semacam ini. Bagaimana supaya kesalahan berpikir mendasar
tentang dunia ini bisa diperbaiki? Reza A.A Wattimena menawarkan ide tentang manusia
kosmopolis.
Manusia Kosmopolis
Manusia kosmopolis adalah manusia yang
melihat dirinya sendiri sebagai warga negara dunia. Ia tidak melekat pada
identitas sosial tertentu, melainkan melihat dirinya sebagai salah satu mahluk
hidup di alam semesta ini. Ia hidup dengan nilai-nilai universal yang
menghormati tidak hanya manusia lain, tetapi juga semua mahluk hidup. Bisa juga
dibilang, bahwa manusia kosmopolis adalah mahluk semesta.
Unsur-unsur Sejati Pendidikan
Pendidikan manusia kosmopolis adalah pendidikan
yang berakar pada unsur-unsur sejati pendidikan itu sendiri. Ada tiga unsur
sejati pendidikan, yakni pemanusiaan, pembudayaan dan pembebasan.
- Pemanusiaan berarti penanaman nilai-nilai beradab manusia melalui kurikulum, interaksi dan pedagogi pendidikan yang ada.
- Pembudayaan yakni penanaman nilai beradab di dalam hidup, beserta dengan cita rasa seni, serta penghargaan pada karya-karya berharga dunia. Dalam arti ini, budaya dipahami sebagai bentuk-bentuk kehidupan yang berpijak pada nilai-nilai universal peradaban, seperti kehidupan, kebebasan, dan solidaritas.
- Pembebasan berarti pelepasan manusia dari segala bentuk kemiskinan dan kebodohan. Dalam arti ini, kemiskinan tidak hanya berarti kemiskinan ekonomis, tetapi terlebih kemiskinan sudut pandang di dalam melihat dunia.
Pendidikan yang sejati berarti
pendidikan yang memanusiakan, membudayakan dan membebaskan. Ia tidak mengubah
orang menjadi robot-robot yang tunduk patuh pada tradisi ataupun kebiasaan lama
yang tak pernah dipertanyakan sebelumnya.
Nilai “Asli” Indonesia
Banyak wacana yang menekankan
pentingnya menggali kembali nilai-nilai asli Indonesia sebagai dasar
pendidikan. Namun, wacana ini, pada hemat saya, mengandung kesalahan berpikir
mendasar. Tidak ada yang “asli” di muka bumi ini. Semua merupakan percampuran
dari berbagai hal.
Di dalam filsafat Timur, ini dinyatakan
dengan pandangan sederhana, bahwa semua merupakan bagian dari semua. Seluruh
alam semesta ini merupakan satu kesatuan yang saling bertaut erat, dan tak
terpisahkan. Indonesia pun juga selalu merupakan sebuah campuran yang terus
berubah. Tidaklah mungkin untuk menunjuk, bahwa “inilah” yang merupakan
Indonesia yang asli.
Dengan demikian, keaslian adalah ilusi.
Terlebih, keaslian adalah ideologi, yakni kesadaran palsu (falsches
Bewusstsein) tentang dunia, yang sering digunakan untuk membenarkan
penindasan atas orang ataupun kelompok tertentu, yang dianggap tidak asli.
Yang Alami
Manusia kosmopolis hidup dengan
kesadaran atas apa yang alami semacam ini. Ia memegang nilai-nilai kehidupan
universal, sambil terus peka pada perubahan yang terjadi di sekitarnya. Di
dalam wacana pendidikan karakter, ia disebut juga sebagai well rounded
person, yakni orang yang berkembang hidup dan kepribadiannya secara menyeluruh.
Inilah manusia masa depan, dan pendidikan kita harus mengarah ke sana.
SUMBER:
https://rumahfilsafat.com/2016/11/09/manusia-kosmopolis/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar