Manusia adalah mahluk yang terdiri dari
banyak aspek. Salah satu aspek yang paling menentukan adalah hasrat. Hasrat
menampakkan dirinya dalam emosi manusia. Kedua hal ini, yakni hasrat dan emosi,
menurut Thomas Aquinas, filsuf Eropa Abad Pertengahan, pada dasarnya adalah
sesuatu yang baik. Keduanya ada dalam diri manusia secara alamiah, dan membantu
manusia untuk mencapai kebaikan.
Hasrat dan Emosi Manusia
Thomas Aquinas berpendapat, bahwa ada
dua macam hasrat. Yang pertama adalah hasrat-hasrat fisik manusia, seperti
hasrat untuk makan, seks, dan dorongan-dorongan fisik lainnya. Yang kedua
adalah hasrat-hasrat yang bersifat intelektual, seperti hasrat untuk belajar,
untuk ingin tahu, dan berbagai kegiatan intelektual lainnya. Semuanya ada
secara alamiah di dalam diri manusia, dan secara mendasar, semuanya adalah
baik.
Di dalam hidup manusia, emosi dan akal
adalah dua aspek yang berbeda, namun selalu bekerja sama. Ketika manusia
melihat sesuatu, dan menginginkan atau menolaknya, emosi dan akalnya secara
otomatis bekerja sama untuk menghasilkan pengetahuan dan penilaian. Misalnya,
ketika kita melihat makanan yang enak, dan menginginkannya, emosi dan akal
sudah langsung bekerja di dalam diri kita untuk membuat keputusan, tentang apa
yang akan dilakukan dengan makanan itu.
Dalam konteks ini, yang perlu kita
pelajari sebagai manusia adalah, bagaimana cara untuk menata hasrat serta
dorongan-dorongan yang muncul di dalam diri kita? Aquinas menawarkan konsep
“bekerja dengan emosi”, yang berarti belajar untuk menata hasrat dan emosi di
dalam diri, serta mengarahkannya untuk membantu kita menjadi manusia yang baik.
Saran praktisnya adalah, supaya kita, sebagai manusia, belajar untuk berpikir
secara tepat. Jadi, cara terbaik untuk menata hasrat dan emosi adalah dengan
berpikir secara tepat.
Melatih Pikiran
Di dalam setiap peristiwa, pikiran kita
menciptakan penilaian, apakah suatu peristiwa itu baik, atau buruk. Dalam
konteks ini, pikiran haruslah dilatih untuk melakukan penilaian yang tepat dan
seimbang atas suatu peristiwa. Melatih pikiran berarti juga melatih hasrat,
karena pikiran dan hasrat, walaupun berbeda, tetaplah selalu bekerja sama dalam
setiap aktivitas berpikir maupun merasa manusia.
Pikiran harus dilatih. Pikiran yang
terlatih akan menghasilkan penilaian yang tepat. Penilaian yang tepat akan
membuat hasrat dan emosi kita juga bereaksi dengan tepat. Ini semua perlu untuk
menjadi kebiasaan yang terus menerus dilakukan, dan menjadi bagian utuh dari
diri kita sebagai manusia.
Bagaimana cara melatih pikiran,
sekaligus melatih hasrat dan emosi dalam diri kita? Langkah pertama, menurut
Thomas Aquinas, adalah dengan mendengar emosi di dalam diri kita. Ketika kita
marah atau sedih, kita perlu diam sejenak, mengambil jarak, dan mendengar apa
yang hendak dikatakan oleh emosi ataupun hasrat yang menggelegak di dalam diri
kita.
Setelah mendengarkan, Aquinas
menyarankan supaya kita mempertimbangkan semua emosi yang kita rasakan dengan
akal budi yang kita miliki. Yang perlu diingat adalah, bahwa emosi dan hasrat
manusia tidak selalu bisa dipercaya. Maka kita perlu berpikir, apakah emosi dan
hasrat yang kita rasakan itu sungguh bisa dibenarkan, atau justru harus segera
dihilangkan? Sebelum manusia sampai pada keutamaan diri, maka emosi dan hasrat
yang ia punya harus terus dimurnikan dengan akal budi.
Hasrat dan Keutamaan
Jika manusia sudah memiliki keutamaan
diri, yakni kebaikan-kebaikan diri yang menjadi ciri khas manusia, seperti
kejujuran, keberanian, kerendahan hati, dan keadilan, maka hasrat dan emosi
yang ia rasakan justru akan membawa dirinya pada kebaikan yang lebih tinggi.
Ada saatnya kesedihan, sebagai sebuah emosi, adalah sesuatu yang baik, terutama
saat kematian saudara atau sahabat. Begitu pula kemarahan adalah suatu emosi
yang tepat, terutama ketika terjadi ketidakadilan.
Kata orang, semakin orang baik, semakin
hatinya tenang. Ia tidak merasakan gejolak hasrat dan emosi lagi di dalam
dirinya. Pandangan ini, menurut Aquinas, tidaklah tepat. Justru sebaliknya,
semakin orang tumbuh dalam kebaikan, maka semakin ia merasakan hasrat dan emosi
untuk berbuat baik, marah ketika melihat ketidakadilan, dan sedih, karena
kematian saudara atau sahabat.
Emosi, hasrat, dan dan pikiran adalah
tiga komponen yang bisa mengarahkan manusia pada kebaikan. Namun, ia harus
menggunakan pikirannya untuk mempertimbangkan emosi dan hasratnya. Ia harus
belajar untuk melatih pikiran, dan, dengan demikian, juga melatih emosi dan
hasratnya, sehingga perlahan tapi pasti bisa menjadi manusia yang baik, yang
berkeutamaan. Inilah inti pemikiran Thomas Aquinas tentang hasrat dan emosi
manusia.
Sumber:
https://rumahfilsafat.com/2012/05/19/thomas-aquinas-tentang-hasrat-manusia/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar