Isi filsafat ialah buah pikiran filosuf . Bagaimana cara mempelajarinya?
Ini adalah kata lain bagi bagaimana cara memahaminya. Pertama sekali perlu
kiranya diketahui bahwa isi filsafat amat luas. Luasnya itu disebabkan pertama
oleh luasnya objek penelitian (objek material) filsafat, yaitu segala yang ada
dan mungkin ada. Sebab lain ialah filsafat adalah cabang pengetahuan yang
tertua. Dan sebab ketiga adalah pendapat filosof tidak ada yang tidak layak
dipelajari, tidak ada filsafat yang ketinggalan zaman. Lalu bagaimana
menghadapinya? dari mana memulainya?
Ada tiga macam metode mempelajari filsafat: metode sistematis, metode
historis, dan metode kritis.
1. Metode Sistematis adalah cara mempelajari filsafat mengenai materi atau
masalah-masalah yang dibicakannya. Sistimatis di sini artinya adanya susunan
dan urutan (hierarki), juga kaitan suatu masalah dengan materi atau masalah
lain yang terdapat dalam filsafat. Lantas, apa yang dimaksud dengan materi atau
permasalahan dalam filsafat dan bagaimana susunan dan hubungan satu masalah
dengan masalah lain terjadi? Tiga masalah pokok dalam dalam filsafat yang
melahirkan jenis-jenis filsafat, disebut juga dengan problematika filsafat.
Ketiga masalah tersebut antara lain. Pertama, masalah mengenal dan
mengetahui (cognitio) atau teori pengetahuan. kedua, masalah
segala sesuatu (metafisika), yaitu metafisika umum (ontologi), dan metafisika
khusus atau belajar tentang teori hakekat. Ketiga, masalah penilaian,
nilai, dan aksiologi. Pembagian besar ini dibagi lebih khusus dalam sistematika
filsafat. Tatkala
membahas setiap cabang atau subcabang itu, aliran-aliran akan terbahas. Dengan
belajar filsafat melalui metode ini perhatian kita terpusat pada isi filsafat,
bukan pada tokoh ataupun periode. (Ahmad Tafsir, 2005:20)
Sebenarnya, sistematika filsafat ini sudah ada sejak masa Yunani Kuno
yang terkenal adalah sistematika Aristoteles. Sistimatika ini dianggap sebagai sistematika pertama
dalam filsafat, meskipun sebelumnya, guru Aristoteles, Plato telah mengemukakan
tiga cabang filsafat, yaitu dialektika yang mempersoalkan gagasan atau
pengertian umum, fisika yang mempersoalkan dunia materi, dan etika yang
mempersoalkan baik serta buruk. Menurut Aristetoles, pembagian atau klasifikasi
filsafat adalah logika yang dianggap sebagai pendahulu filsafat. Adapun
klasifikasi filsafatnya, yaitu filsafat teoritis membicarakan fisika,
matematika, dan metafisika; filsafat fisika praktis membicarakan etika,
ekonomi, dan politik; serta filsafat poetika(kesenian) (Sutardjo, 2007:16)
2. Metode Historis adalah cara mempelajari filsafat berdasarkan urutan
waktu, perkembangan pemikiran filsafat yang telah terjadi, sejak kelahirannya
sampai saat ini, sepanjang dapat dicatat dan memenuhi syarat-syarat pencatatan
serta penulisan sejarah. (Sutardjo, 2007:16). Pendekatan ini dapat dilakukan
dengan membicarakan tokoh demi tokoh menurut kedudukannya dalam sejarah,
misalnya dimulai darai membicarakan filsafat Thales, membicarakan riwayat
hidupnya, pokok ajarannya, baik dalam teori pengetahuan, teori hakekat, maupun dalam
teori nilai. Lantas dilanjutkan dengan membicarakan Anaximandros, misalnya,
lalu Socrates, lalu Rousseau, lantas kant, dan seterusnya sampai tokoh-tokoh
kontemporer. Tokoh dikenalkan, kemudian ajarannya. Mengenalkan tokoh memang
perlu karena ajarannya biasanya berkaitan erat dengan lingkungan, pendidikan,
kepentingannya. Dalam menggunakan metode historis dapat pula ditempuh cara
lain, yaitu dengan cara membagi babakan sejarah filsafat. Misalnya mula-mula
dipelajari filsafat kuno (ancient philosophy). Ini biasanya sejak Thales
sampai menjelang Plotinus, dibicarakan tokoh-tokohnya, ajaran masing-masing,
ciri umum filsafat periode itu. Kemudian para pelajar
menghadapi filsafat Abad Pertengahan (middle philosophy), lalu filsafat
abad modern (modern philosophy). Variasi cara mempelajari filsafat
dengan metode historis cukup banyak. Yang pokok, mempelajari filsafat dengan
menggunakan metode historis berarti mempelajari filsafat secara kronologis.
Untuk pelajar pemula metode ini baik digunakan. (Ahmad Tafisr, 2005:20)
3. Metode kritis digunakan oleh mereka yang mempelajari filsafat tingkat intensif. Pelajar
haruslah sedikit banyak telah memiliki pengetahuan filsafat. pelajaran filsafat
pada tingkat sekolah pascasarjana sebaiknya menggunakan metode ini. Di sini pengajaran
filsafat dapat mengambil pendekatan sistematika ataupun historis. Langkah
pertama ialah memahami isi ajaran, kemudian pelajar mencoba mengajukan
kritiknya. Kritik itu mungkin dalam bentuk menentang, dapat juga berupa
dukungan terhadap ajaran filsafat yang sedang dipelajari. Ia mengkritik mungkin
dengan menggunakan pendapatnya sendiri ataupun dengan menggunakan pendapat
filosofis lain. (Ahmad Tafisr, 2005:21)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar