Verbal abuse atau
biasa disebut emotional child abuse adalah tindakan lisan atau perilaku
yang menimbulkan konsekuensi emosional yang merugikan. Verbal abuse terjadi
ketika orang tua menyuruh anak untuk diam atau jangan menangis. Jika anak mulai
bicara, ibu terus menerus menggunakan kekerasan verbal seperti “kamu bodoh”.
“kamu cerewet”, “kamu kurang ajar”. Anak akan mengingat semua kekerasan
verbal jika hal itu berlangsung dalam
satu periode.
Bentuk dari verbal abuse adalah
sebagai berikut:
1.
Tidak sayang dan dingin
Tindakan tidak sayang dan dingin ini berupa misalnya : menunjukan sedikit
atau tidak sama sekali rasa sayang kepada anak (seperti pelukan), kata-kata
sayang.
2.
Intimidasi
Tindakan intimidasi bisa berupa : berteriak, menjerit, mengancam anak,
dan mengertak anak.
3.
Mengecilkan atau mempermalukan anak
Tindakan mengecilkan atau mempermalukan anak dapat berupa seperti :
merendahkan anak, mencela nama, membuat perbedaan negatif antar anak,
menyatakan bahwa anak tidak baik, tidak berharga, jelek atau sesuatu yang
didapat dari kesalahan.
4.
Kebiasaan mencela anak
Tindakan mencela anak bisa dicontohkan seperti : mengatakan bahwa semua
yang terjadi adalah kesalahan anak.
5.
Mengindahkan atau menolak anak
Tindakan tidak mengindahkan atau menolak anak bisa berupa : tidak
memperhatikan anak, memberi respon dingin, tidak peduli dengan anak.
6.
Hukuman ekstrim
Tindakan hukuman ekstrim bisa berupa: mengurung anak dalam kamar mandi,
mengurung dalam kamar gelap. Mengikat anak di kursi untuk waktu lama dan
meneror.
Kekerasan yang dialami
oleh anak dapat berdampak pada fisik maupun psikologis. Verbal abuse biasanya
tidak berdampak secara fisik kepada anak, tetapi dapat merusak psikis anak
beberapa tahun kedepan. Verbal abuse yang dilakukan orang tua
menimbulkan luka lebih dalam pada kehidupan dan perasaan anak melebihi
perkosaan (Soetjiningsih, 2002).
Katakan pada anak apa
yang harus dilakukan, daripada mengatakan apa yang tidak boleh dilakukan. Hindari kata “jangan” pada anak, karena kata
“jangan” merupakan kata yang menyatakan larangan/ melarang/tidak
boleh/hendaknya tidak usah. Namun bagi anak-anak kata “jangan” sangatlah tajam,
karena kata-kata tersebut lebih mengarah pada kecaman daripada larangan. Kata
“jangan” biasanya disertai dengan kata-kata lain seperti “jangan nakal!”,
“jangan nangis!”, “jangan lari!”.
Daya tangkap anak-anak
terhadap perkataan yang diucapkan orang dewasa sangatlah rendah apalagi jika
diucapkan dengan nada cepat, maka kebanyakan ana-anak hanya menangkap kata
terakhir kalimat perintah/larangan yang diucapkan. Akhirnya anak akan melakukan
apa yang dilarang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar