Senin, 07 November 2016

KEBAHAGIAAN ESTETIK



Kebahagiaan fisik penting tetapi tidak boleh dijadikan satu-satunya kebahagiaan. Kebahagiaan intelektual juga harus diraih. Tahap ketiga di dalam tangga kebahagiaan adalah kebahagiaan estetik (aesthetical happiness). Bayangkan ada seorang kaya yang punya rumah mewah. Akan tetapi ia tidak bisa mengatur rumahnya, sehingga tampak berantakan. Apa gunanya? Apa guna sebuah rumah mewah, tetapi berantakan? Rumah (house) tersebut memang besar dan mahal harganya, tetapi tidak memberikan kenyamanan. Maka tempat itu tidak layak disebut sebagai “rumah” (home). Jika rumah Anda besar tetapi berantakan, maka Anda tidak akan merasa at home. Rumah itu jadi tidak berguna.

Hal yang sama berlaku, jika Anda hidup tanpa musik. Musik memberikan warna bagi hidup. Musik memberikan penghiburan ketika anda merasa sedih. Musik bisa membawa kita nostalgia ke masa lalu. Musik bisa meningkatkan motivasi. Musik menenangkan. Dalam arti tertentu musik juga bisa merangsang kerja otak, sehingga bisa lebih cerdas. Tanpa musik hidup akan terasa kering. Hidup yang kering adalah hidup yang tak bermakna. Jika hidup tak bermakna, Anda akan sulit untuk merasa bahagia.

Orang hidup juga perlu salon. Salon berguna untuk merekayasa penampilan sesuai dengan yang diinginkan. Manusia tidak hanya puas dengan berbaju saja. Ia juga perlu dandan. Dengan berdandan ia merasa puas. Kepuasan yang dirasakan ketika melihat (rumah yang indah, wajah yang cantik) dan mendengar (musik) yang indah inilah yang disebut sebagai kebahagiaan estetik.

Rumah yang nyaman adalah rumah yang memperhatikan bentuk arsitektur, kebersihan, dan landscape-nya. Rumah semacam itu membuat kita merasakan kebahagiaan estetik. Kebahagiaan estetik adalah perasaan yang muncul, ketika orang mengagumi keindahan. Keindahan terkait erat dengan seni, dan seni bisa membuat orang bahagia. Seni adalah sumber kebahagiaan, sekaligus kebahagiaan itu sendiri. Ingat kebahagiaan adalah seni mengelola hidup.

Alam identik dengan kata Kosmos. Kata Kosmos sendiri berarti indah dan teratur. Akan tetapi keindakan dan keteraturan itu baru terasa, jika orang mempunyai kepekaan estetik. Kepekaan estetik itu sendiri tergantung lensa kaca mata apa yang digunakan untuk melihat dunia. Hanya dengan begitulah orang bisa merasakan kebahagiaan estetik.

Bayangkan bagaimana Anda hidup tanpa keindahan? Tentu saja hidup akan terasa jenuh dan kering. Hidup akan membosankan dan tidak bermakna. Oleh karena itu banyak orang membayar mahal untuk melihat keindahan. Industri pariwisata diuntungkan oleh hal ini. Banyak orang pergi ke Bali untuk mendapatkan kebahagiaan estetik. Mereka tidak terlalu peduli dengan harga yang mahal.

Banyak orang mengumpulkan kristal. Sebenarnya apa sih kegunaan kristal? Hampir tidak ada kecuali menimbulkan rasa keindahan bagi yang melihatnya. Banyak orang mengumpulkan kalung berlian. Gunanya juga hampir tidak ada, kecuali sebagai aksesori yang menimbulkan perasaan senang bagi yang melihatnya. Hal yang sama juga berlaku untuk karpet. Banyak orang menjadi kolektor karpet. Mereka mengumpulkan karpet dari berbagai belahan dunia untuk memuaskan perasaan keindahan yang ada di dalam dirinya. Semua itu adalah sarana bagi orang untuk mencapai kebahagiaan estetik.

Kegiatan para kolektor itu haruslah dihargai. Itu adalah sarana mereka untuk mendapatkan kebahagiaan estetik. Mereka adalah orang-orang yang memiliki kepekaan estetik. Mereka bisa menghargai keindahan kosmos. Hidup mereka terasa indah dan bermakna. Ingat hidup yang ideal adalah hidup yang bahagia dan bermakna.

Sekarang ini banyak orang tidak mampu merasakan keindahan estetik. Kepekaan estetik mereka lenyap. Yang ada di pikiran mereka hanyalah mencari uang. Sebenarnya kerja mencari uang itu baik. Akan tetapi ketika keindahan dihargai dengan uang, maka keindahan itu lenyap. Jika Anda terpaku pada uang, maka Anda tidak akan bisa merasakan kebahagiaan estetik yang mendalam.

Apa yang menjadi ciri keindahan? Jika Anda berhadapan dengan keindahan, apapun bentuknya, maka Anda akan menahan napas. Anda seolah tersentak. Jantung Anda berdegup keras. Pikiran Anda seolah melayang. Ada perasaan damai yang mengalir. Ketika itu Anda akan berkata, “Betapa besar Tuhan pencipta kita.” Keindahan sebenarnya bisa didapatkan dengan mudah, asal kita memiliki kesadaran penuh. Coba perhatikan siklus kehidupan. Tumbuhan dimakan oleh hewan. Hewan dimakan oleh manusia. Manusia memberi makan tumbuhan, dan seterusnya. Air mengalir dari sungai ke laut. Di laut, air menguap menjadi awan. Awan berat karena berisi air. Hujan pun turun. Air menyerap ke tanah, dan menjadi sumber air bagi manusia. Inilah siklus kehidupan. Siklus kehidupan mengandung keindahan yang luar biasa besar. Namun kita sering melewatkannya.
Orang Jepang sangat memperhatikan packaging dari barang yang mereka produksi. Selain kualitas produk mereka juga sangat memperhatikan aspek keindahan. Jika mereka memberi barang, maka mereka akan menghiasnya sedemikian rupa, sehingga tampak indah. Mereka mempunyai cita rasa seni yang tinggi. Mereka memiliki kepekaan estetik, yang memungkinkan mereka menghargai keindahan dalam bentuk apapun.

Orang Indonesia sulit memahami hal ini. Sekarang ini orang Indonesia hampir tidak lagi memiliki kepekaan estetik. Hal ini paling jelas di dalam profesionalitas kerja. Kerja tidak lagi dianggap sebagai pelayanan, tetapi sebagai keterpaksaan. Akibatnya sentuhan personal di dalam kerja pun hilang. Yang ada adalah hubungan instrumental antara klien dan pegawai. Hubungan semacam itu sangatlah kering. Orientasinya utamanya adalah uang. Dengan keadaan seperti itu, kebahagiaan estetik tidak akan bisa diraih.

Jika orang bisa menghargai keindahan, apapun bentuknya, maka ia akan menjalani hidup yang bermakna. Hidup yang bermakna adalah hidup yang penuh motivasi. Hidup yang penuh motivasi adalah hidup yang penuh dengan optimisme. Optimisme semacam itu bisa digunakan untuk membangun bangsa. Bangsa yang optimis adalah bangsa yang besar.

Suatu bangsa disebut beradab, jika rakyatnya memberikan penghargaan terhadap keindahan. Setiap karya seni akan dihargai. Bangsa tersebut memberikan ruang besar bagi rakyatnya untuk mendapatkan kebahagiaan estetik. Hal ini kelihatan di dalam tata kota, arsitektur gedung, dan sebagainya. Bangsa yang beradab adalah bangsa yang memahami betul pentingnya sentuhan keindahan.
Kehidupan beragama juga harus memiliki sentuhan keindahan. Aspek mistik dari kehidupan religius baru terasa, jika orang memasukinya melalui estetika. Lihatlah para sufi. Mereka menuliskan ekspresi keindahan mereka dalam bentuk syair dan puisi. Mereka melihat Tuhan sebagai entitas maha indah, yang hanya dapat didekati secara penuh melalui estetika.

Dengan memahami aspek keindahan dari agama, orang akan mampu melampaui pendekatan rasional. Pendekatan rasional memang perlu. Akan tetapi pendekatan semacam itu membuat kehidupan religius terasa kering. Kebahagiaan estetik yang tertingi bisa didapatkan, jika orang memahami dan menghargai sentuhan keindahan di dalam agama.

Dengan demikian manusia yang bahagia adalah manusia yang sehat, cerdas secara intelektual, dan memiliki kepekaan estetik yang mendalam. Inilah paket kebahagiaan manusia. Hidupnya terasa utuh dan bermakna. Dengan hidup seperti itu, ia juga bisa memberikan kedamaian pada orang lain. Keindahan juga bisa ditemukan pada alam. Orang yang memiliki kepekaan estetik sangat menyadari, bahwa alam bisa menjadi sumber kebahagiaan estetik yang mendalam. Manusia sendiri sering meniru (mimesis) alam untuk menciptakan keindahan. Model pakaian, arsitektur bangunan, bentuk kendaraan, semuanya meniru alam. Alam adalah guru keindahan yang sebenarnya. Segala sesuatu yang alami pasti indah.

Namun keindahan baru bisa sungguh dirasakan, jika orang mampu mengambil jarak dan mengkontemplasikan keindahan itu. Kehidupan baru terasa indah, jika orang mampu mengambil jarak. Keindahan itu akan semakin terasa, jika orang mengkontemplasikannya. Anda tinggal di pegunungan. Awalnya pemandangan disitu terasa sangat indah. Dengan berlalunya waktu Anda akan mulai terbiasa. Keindahan pun tidak lagi terasa. Yang terasa hanyalah rutinitas. Ini terjadi karena Anda tidak lagi berjarak dengan pegunungan. Cobalah mengambil jarak sedikit dan merenungkan indahnya pemandangan di pegunungan, Anda akan kembali merasakan keindahan.

Hal yang sama berlaku di dalam pekerjaan. Anda mendapatkan pekerjaan impian Anda. Awalnya Anda bekerja dengan antusias. Dengan berlalunya waktu pekerjaan terasa sebagai rutinitas. Tidak hanya itu pekerjaan menjadi keterpaksaan. Cobalah untuk berhenti sejenak, mengambil jarak, dan merenungkan aspek mendasar pekerjaan Anda, maka Anda akan kembali menemukan keindahan.
Cobalah renungkan keindahan alam. Seorang penulis pernah berkata, bahwa alam semesta itu menari. Alam semesta menari dan mengajak kita menari bersamanya. Ketika kita mengikutinya maka kita akan merasakan keindahan estetik. Di dalam tariannya alam semesta menggambarkan keagungan Tuhan. Manusia bisa mendekati Tuhan dengan ikut menari bersama alam semesta. Seringkali doa juga merupakan ekspresi kekaguman manusia terhadap alam ciptaan Tuhan. Oleh karena itu doa seringkali seperti puisi.

Namun ingatlah bahwa semua itu baru bisa terasa, jika Anda mengambil jarak. Anda harus take a distance! Dengan mengambil jarak Anda akan menemukan keindahan. Anda akan kembali merasakan seninya. Jika sudah begitu Anda akan semakin dekat dengan Tuhan. Kebahagiaan estetik yang mendalam bisa membawa Anda dekat dengan Tuhan dan sesama. Itulah kebahagiaan estetik yang sesungguhnya. Manusia selalu membayangkan sorga sebagai tempat yang indah. Ini sebenarnya adalah ekspresi dari kerinduan manusia untuk menemukan keindahan. Di dalam hati kita, harapan akan keindahan selalu berkobar. Jugalah harus diingat bahwa kebahagiaan itu bersifat personal. Setiap orang memiliki bentuk kebahagiaannya masing-masing. Hal yang sama berlaku untuk kebahagiaan estetik. Setiap orang memiliki selera pakaiannya masing-masing. Pakaian orang lain tentunya tidak akan pas pada saya. Semut walaupun berasal dari satu spesies tetap saja punya jenis makanan yang berbeda-beda. Ciri personal dari kebahagiaan ini merupakan bentuk keindahan juga.

Sayangnya masyarakat kita tidak peka pada keindahan. Hal ini paling jelas dalam tata kota. Masyarakat kita tidak memahami potensi keindahan kota. Sungai yang di banyak negara dianggap sebagai kalung indah yang melingkari sebuah kota diabaikan perawatannya. Di Jepang, Perancis, Amerika, ataupun Inggris, rumah terletak menghadap ke sungai harganya mahal. Sebaliknya rumah semacam itu di Indonesia harganya sangat murah. Menjualnya pun sulit karena orang takut terkena banjir, bau yang tidak enak, dan sebagainya.

Bisa disimpulkan bahwa tingkat kebahagiaan bangsa kita terlalu rendah. Nilai sebuah peradaban ditentukan oleh nilai keindahan budayanya. Kebudayaan yang tinggi memiliki nilai jual yang juga tinggi. Bangsa kita masih terjebak dengan menjual minyak, kayu, dan bahan-bahan alam lainnya. Padahal komoditi terbesar ekspor adalah kebudayaan dalam bentuk pariwisata. Semakin dijual eksistensi bahan alam akan semakin menipis, dan kemudian habis. Sebaliknya semakin dijual kualitas dan eksistensi kebudayaan akan semakin kuat. Bangsa kita belum menyadari hal ini.

Pembangunan suatu bangsa haruslah dimulai dengan pembangunan politik, lalu ekonomi, pendidikan, dan memuncak pada pembangunan kebudayaan.  Bangsa Indonesia gagal melakukan hal ini. Para era Bung Karno, pembangunan politik dilaksanakan. Suharto dengan segala kekurangannya melaksanakan pembangunan ekonomi. Seharusnya pada tahap ini, bangsa kita sudah fokus untuk membangun pendidikan. Namun yang terjadi adalah kita kembali harus melakukan pembangunan politik. Bangsa kita salah kaprah, karena itu kebudayaannya tidak berkembang.

Suasana estetis akan mendukung kreatifitas. Hidup pun akan terasa nyaman. Kebahagiaan meningkat. Orang akan banyak tersenyum. Humor akan menjadi bagian dari komunikasi sehari-hari. Beban hidup seolah hilang. Hidup pun terasa indah. Jika sudah  begitu kebahagiaan estetik berada dalam genggaman.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar