Jumat, 30 September 2016

W H Y ?



Kenapa Manusia diciptakan ? Setelah kita mengetahui bahwa Tuhan “Ada” dan beserta sifat sifat yang melekat dalam Zat Tuhan Pertanyaan selanjutnya adalah “Kenapa Manusia diciptakan ?” Karena kebesaran Tuhan kita diciptakan. Karena suatu ke-Mahaberkuasa-an Tuhan kita ada. karena adanya sifat tuhan yang Maha Berkehendak kita ada untuk menyembahnya (berkehendak pasti ada yang melayani kehendak) jika kita sebagai hasil keinginan Tuhan “tidak diciptakan” maka sifat Tuhan yang maha Berkehendak tidak akan ada. Jika “tuhan” tidak memiliki suatu “keinginan” atau “kehendak” apakah layak disebut tuhan ? (makhluknya saja punya keinginan) Kita adalah suatu bukti ke- Luar Biasa – an Tuhan, kita merupakan suatu bentuk bukti tuhan itu maha berkuasa dan berkehendak. Jika tuhan maha mengetahui segala gerak gerik manusia di dunia (karena di luar ruang dan waktu). Apakah tindak gerak gerik kita sudah di tentukan ? Ilustrasin : apakah dunia kita seperti film di dalam DVD yang telah diatur dan di skenario oleh tuhan ? Apakah ada kehendak bebas ? Tuhan adalah makhluk yang berkehendak, pasti ada yang disuruh untuk menuruti kehendak-Nya. Tidak akan terjadi suatu proses “disuruh dan menuruti “ atau “yang menyuruh dan disuruh” jika manusia patuh, manut, selalu setuju dan melakukan kehendak Tuhan berikan . (manusia seperti mesin yang berjalan menuruti perintah) Proses “disuruh dan menuruti “ bisa terjadi jika ada suatu proses mekanisme “pemaksaan” yang menyebabkan “suatu hal” bertindak terpaksa melakukan hal yang diinginkan oleh seseorang atau sesuatu. Dalam hal ini Tuhan yang menyuruh manusia Manusia disuruh oleh Tuhan untuk menyembahnya. Bagaimana proses penyembahan manusia kepada Tuhan yang maha kuasa ? Bagaimana proses penyembahan manusia kepada Tuhan yang telah menciptakan alam semesta beserta hukum hukum alamnya ? Bagaimana proses penyembahan manusia kepada Tuhan yang memiliki segala hal sedangkan manusia tidak memiliki apa apa ? Tuhan itu Maha Baik, penyembahan yang diinginkan Tuhan tidak lah sulit. Manusia hanya disuruh menyembah dan mengagungkan Tuhan sebagai sang pencipta dan juga disuruh untuk mengikuti aturan, hukum Tuhan yang ada di alam semesta (sebagai pembentuk alam semesta) kita sebut saja sunnatullah atau hukum alam, ilmu ilmu yang ada yang membentuk alam semesta ini agar manusia tidak celaka, tidak mengalammi hal buruk, tidak mengalami suatu hal yang melawan hukum Tuhan tersebut. Suatu hal dibuat tuhan agar manusia tidak menjadi robot adalah dengan menciptakan kehendak bebas dan Nafsu / kebutuhan hidup (Id). Manusia diberikan kebebasan untuk melakukan suatu hal di dunia atau alam semesta ini. Manusia bebas memilih apa yang akan dilakukannya, mengikuti aturan atau tidak. Bentuk pemaksaan tuhan terhadp manusia berupa suatu sebab akibat yang membuat manusia itu sengsara atau terkena suatu hal yang buruk bagi manusia yang tidak mengkuti hukum Allah = “Hukum Alam”. (bisa 1 manusia dan sekelompok manusia). Sesungguhnya manusia hanya harus mengikuti hukum Tuhan yang mengarahkan manusia ke dalam keselamatan dan kedamaian dikarenakan tidak bertentangn dengan “Fitrah manusia” yang telah diatur dalam hukum alam (manusia bagian dari Alam semesta). Di dalam dunia ini lah terjadi peperangan antara yang seharusnya dilakukan yakni mengikuti hukum Tuhan dan keinginan pemenuhan kebutuhan diri yang tidak mematuhi hukum Tuhan. Manusia diperbolehkan untuk melakukan kegiatan yang digunakan untuk memenuhi kebutuhannya seperti , makan, minum, seks, tidur, kedamaian, ketenangan jiwa, interaksi sosial , cinta, dll. Namun tidak boleh dilakukan secara berlebihan dan merusak alam semesta atau mencelakai manusia lainnya yang hakekatnya untuk pemenuhan keperluan manusia sendiri. (ada godaan setan, kesalahpahaman, ketidaksengajaan) Manusia akan selamat jika mengikuti hukum hukum Tuhan (Sunnatullah) dan akan kesulitan, celaka, sengsara ketika tidak mengikuti hukum Tuhan. Namun karena banyak manusia yang telah lupa dan bertindak di luar hukum Tuhan maka Tuhan yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang memberikan atau menurunkan agama (petunjuk) yang berfunsi untuk meluruskan, mengarahkan manusia supaya “menyembah Nya” dengan agama yang diturunkan/diberitahukan kepada rasul atau nabi Nya yang juga manusia dan 1 dunia dengan manusia lainnya. Bentuk perwujudan bantuan Tuhan yakni informasi yang dititpkan kepada Rasul dan Nabi dan atau dengan kitab kitab Nya yang berisi tentang suatu arahan, informasi yang memberikan keterangan kebesaran tuhan atau juga suatu mukjizat (suatu fenomena luar biasa yang terjadi di dunia). Contoh kegiatan manusia yang tidak sesuai dengan hukum hukum Allah adalah meminum minuman keras,, Homoseks (Nabi Luth), Narkoba, pengrusakan alam, perzinahan , mengurangi timbangan, korupsi dll. Meskipun manusia tidak mau menyembah Tuhan hal itu bukan suatu hal yang sulit karena Tuhan hanya perlu membuat Alam semesta dan makhluk lain yang lebih “baik”, “indah” dengan “unsur hukum alam” pemebentuk alalm semesta yang berbeda dengan “unsur hukum alam” yang ada di alam semesta ini. Bisa dikatakan bahwa hukum alam yang tuhan buat itu sama dengan hal Ilmiah. Metode ilmiah atau proses ilmiah merupakan proses keilmuan untuk memperoleh pengetahuan secara sistematis berdasarkan bukti empiris dan Rasional. Hal yang sama kita buktikan untuk mencari Tuhan itu “Ada” dan mencari jawaban atas pertanyaan “Berapa kecepatan cahaya itu ?. Kedua jawaban itu menggunakan metode ilmiah yang sistematis, bisa dipikirkan orang lain dan bisa di kritisi. Contoh larangan minum alkohol (minum minuman keras). Agama telah melarang untuk minum minuman keras agar tidak menyengsarakan manusia. Pada jaman dahulu bentuk larangannya hanya berupa kalimat larangan dan jika Tuhan menerangkan akan bahaya minum minuman keras dengan penjelas akan mencelakakan interaksi sosial, hubungan antar individu, kerusakan organ (jaman dahulu belum mengenal organ), kerusakan moral yang akan terjadi, perilaku ketidaksengajaan dan hal lain yang menyebabkan hal buruk, celaka bagi manusia. Pembuktian bahwa alkohol merusak otak bisa dibuktikan ketika manusia telah mengerti tentang : Apa itu otak ? Apa itu syaraf ? Apa itu organ ? Apa itu moral ? Apa itu bahan adiktif ? Apa itu racun bagi tubuh ? Apa itu unsur ? Sangat tidak cocok dan “konyol” jika Tuhan memberitahukan dengan menyebut otak, syaraf dimana nama tersebut harus dijelaskan dengan menunjukkan benda. Dan mungkin seharusnya pengetahuan tersebut harus diketahui oleh manusia sendiri dan menamakan sendiri apa itu otak, syaraf, organ dan lain lain. Sama halnya dengan larangan tentang larangan Homoseks, perzinahan, dan lain lain tuhan pada jaman dahulu tidak mungkin menjelaskannya dengan cara yang tidak dimengerti manusia pada jaman itu. Sebaliknya jika ada hal yang dikatakan Ilmiah namun sangat bertentangan dengan kitab suci maka bisa diambil kesimpulan bahwa hasil penelitian ilmiah itu masih belum lengkap dan teruji dengan baik. Hal ini yang menjadi kesesatan JIL (jaringan islam liberal) pendukung Homoseks, perzinahan, pluralisasi agama, sekuler. Jika ada yang bilang Homoseks dan perzinahan itu aman dan tidak punya pengaruh apa pun terdahadap manusia (mungkin ada penelitian ini dulu) maka dipastikan penelitian itu tidak benar. Ilmu pengetahuan manusia itu lah yang masih belum bisa mengitepretasikan, memahami dan memberi penjelasan atas larangan tentang suatu tindakan. Teknologi, ilmu pengetahuan bidang alam, sosial yang tercanggih lah yang bisa mengitepretasikan kenapa suatu hal dilarang oleh kitab suci. Kitab suci juga tidak mungkin melarang yang dalam penelitian Ilmiah atau Hukum alam ini aman dilakukan oleh manusia. Contohnya : ada larangan dalam kitab suci bahwa untuk mencapai kesucian tidak boleh “menikah” (wah, bisa berabe nahan nafsu biologis seumur hidup).
Dari hasil pembahasan diatas dapat diketahui bahwa Tuhan menurunkan agama kepada Manusia sebagai suatu perwujudan sifat Maha Penyayang dan Maha Pemurah. Dalam pembahsan diatas Agama memiliki tujuan untuk menyuruh manusia untuk menyembah Tuhan yang maha Esa (Satu) dengan memuji muji, mengagungkan Tuhan, memaksa kita manusia untuk menyatakan bahwa Tuhan itu “sangat Luar Biasa” dan mengikuti apa yang diperintah yakni sesuai dengan Hukum Allah yang ada di alam semesta ini. Agama tersebut dibawa oleh Nabi yang ditunjuk dan dititipi perintah atau informasi tersebut. Dapat diambil dari keterangan tersebut yang terkandung dalam agama adalah berisi tentang Tuhan yang Esa (satu) “Zat yang disembah”, keterangan agama yang sesuai dengan hukum allah yang ada di alam semesta, terdapat nabi yang memberikan petunjuk agama Tuhan bagi manusia dan kitab suci yang berisi Kalam (salah satu sifat Tuhan “Berbicara”) ucapan tuhan untuk menyembah-Nya. Di dunia ini banyak agama dan di Indonesia saja terdapat 5 agama yang berbeda mulai dari konsep ketuhanan, nabi dan kitab suci nya. Pertanyaannya : Agama yang mana yang benar ? Kita sepakat bahwa kebenaran tidak mungkin jamak yang telah saya sampaikan pada tulisan http://filsafat.kompasiana.com/2012/07/15/konsep-kebenaran/ (silahkan Kritisi) Tahap selanjutnya adalah menyelidiki agama dan membandingkan dengan konsep yang benar yakni : Terdapat Tuhan yang Esa (satu jumlahnya) Terdapat Nabi yang menyampaikan informasi dari tuhan untuk masyarakatnya Terdapatnya Kitab suci yang memberikan ajaran yang menyembah Tuhan yang Esa (satu) dan hukum hukum tuhan yang Ilmiah (sesuai dengan Hukum Alam atau Sunnatullah). Jika konsep ketuhanan suatu agama tidak berjumlah 1 yakni 2,3,4 dst (jamak) maka bisa dipastikan konsep kenabiannya dan Kitab sucinya salah karena tidak mungkin suatu hal yang disembah “Tuhan” konsep nya salah yakni Tuhan Jamak. Hal yang sama jika konsep kenabian salah maka konsep kitab suci juga salah karena pembawa pesan tidak jelas maka pastinya pesan yang dibawa juga tidak jelas. Syarat Konsep Tuhan yang benar adalah : Jumlah tuhan harus 1 Tidak bisa masuk ke dalam alam dunia Tidak bisa diwujudkan atau dibuat patung patung untuk menggambarkannya. Nabi dari agama tersebut harus manusia agama didunia ini banyak dan di Indonesia sendir ada 5. Nah konsekuensi logis dari pembahasan ini adalah Apa agama yang benar ? CMIIW Tidak ada Tuhan selain Allah Nabi Muhammad adalah utusan Allah
Selengkapnya:
http://www.kompasiana.com/mohammad.jhon.abdullah/kenapa-manusia-diciptakan_5516f132a333110170ba8daf

Kamis, 29 September 2016

Relasi Antara Hati, Sikap Dan Karakter Manusia


Setiap manusia pasti memiliki hati. Dalam hal ini hati memiliki dua makna yaitu makna biologis dan makna simbolis. Hati dalam makna biologis sering diasumsikan sebagai salah satu organ tubuh manusia. Sedangkan dalam makna simbolis, hati adalah tempat dimana perasaan, keinginan, emosi, dan moral seorang manusia berada.  Produk hati adalah niat yang terbagi menjadi dua, yaitu niat baik dan niat buruk. Kedua niat tersebut dapat menimbulkan suatu sikap tertentu.
Secara umum, pengertian sikap (attitude) adalah perasaan, pikiran, dan kecenderungan seseorang yang kurang lebih bersifat permanen mengenal aspek-aspek tertentu dalam lingkungannya. Sikap mempunyai tiga komponen utama: pengetahuan kesadaran, perasaan, dan kecenderungan untuk bertindak (perilaku). Sikap juga memberikan kesiapan untuk merespon yang sifatnya positif atau negatif terhadap obyek atau situasi. Secara sederhana, sifat merupakan ciri-ciri tingkah laku atau perbuatan yang banyak dipengaruhi oleh faktor-faktor dari dalam diri seperti pembawaan, minat, konstitusi tubuh, dan cenderung bersifat tetap/stabil. Sikap menentukan karakter seseorang.
Menurut bahasa, karakter adalah tabiat atau kebiasaan. Sedangkan menurut ahli psikologi, karakter adalah sebuah sistem keyakinan dan kebiasaan yang mengarahkan tindakan seorang individu. Karena itu, jika pengetahuan mengenai karakter seseorang itu dapat diketahui, maka dapat diketahui pula bagaimana individu tersebut akan bersikap untuk kondisi-kondisi tertentu. Manusia harus memiliki karakter yang konsisten dan luwes. Konsistensi adalah sikap yang sangat baik yang tentunya harus di kembangkan. Namun membutuhkan waktu yang cukup lama untuk berlatih mengembangkan sikap ini. Seseorang tidak dapat memiliki konsistensi tanpa membangun tekad dan apa yang dilakukannya tidak sesuai dengan yang diucapkannya.

Daftar Pustaka:

Rabu, 28 September 2016

Kebenaran Dalam Filsafat



Rasa keingintahuan manusia ternyata tidak berlabuh pada rasa puas akan kebenarannya yang telah dijumpai. Kebenaran-kebenaran yang berdasar pengalaman tampaknya bukan pelabuhan terakhir atas keingintahuan manusia. Rasa ingin tahu ini kemudian menyusup ke kawasan yang paling mendalam yang berada di balik kebenaran yang tampak.

Kebenaran merupakan hakikat dari kebenaran itu sendiri. Dengan menggunakan kemampuan akal secara optimal, manusia terus menjajaki untuk menemukan hakikat segala yang wujud guna mengatasi segala macam masalah yang di hadapi di kehidupan sehari-hari. Menemukan kebenaran yang hakiki tentang Tuhan, alam dan manusia. Awalnya upaya mencari kebenaran ini dilakukan melalui perenungan mengkritisi dan menganalisis secara mendalam. Aktivitas ini kemudian dikenal sebagai pemikiran filsafat.

Dalam sebagian besar dari sejarahnya, filsafat selalu membahas problema sehari-hari atau situasi manusiawi. Pemikiran filsafat memang berawal dari kesadaran manusia terhadap potensi nalarnya. Pemikiran-pemikiran filsafat yang muncul sejalan dengan perkembangan peradaban di kawasan itu menunjukkan adanya saling keterkaitan antara pemikiran filsafat tersebut.

Mencari Kebenaran Dalam Filsafat
Penelitian merupakan bagian dari upaya manusia untuk mememukan apa yang di sebut kebenaran. Sementara kebenaran itu telah ada sebelum manusia itu ada. Ia berada di luar alam manusia. Kebenaran itu sendiri bukan merupakan sesuatu yang statis, melainkan terus berkembang. Dorongan ingin tahu yang ada pada dirinya, selalu mendorong manusia untuk terus mengembangkan pencarian tersebut. Dengan demikian, upaya untuk menemukan kebenaran itu sendiri merupakan aktivitas tanpa henti.

Manusia adalah makhluk multidimensional yang serba unik. Dalam diri manusia terdapat rahasia yang tidak pernah terungkap secara tuntas. Atas dasar semua ini, manusia menyandang beragam predikat. Para pakar dari berbagai disiplin ilmu menyebut manusia dengan beragam nama seperti phitecantropus erectus, homo erectus, dan homo economicus.

Diantara keunikan yang khusus dimiliki manusia adalah kemampuan berfikir dan rasa ingin tahu. Dengan adanya rasa ingin tahu ini manusia terdorong untuk terus bertanya tentang diri dan apa-apa yang ada di sekelilingnya. Rasa ingin tahu mendorong manusia untuk terus berkelana dengan pikirannya, guna menemukan jawaban yang dianggapnya benar. Kebenaran bukanlah sesuatu yang ada dalam kesadaran kita sejak lahir. Kesadaran terhadap kebenaran harus di cari oleh setiap manusia. Manusia yang memiliki tanggung jawab terhadap hidupnya dan hidup orang lain tentu memerlukan kebenaran. Prosesnya cukup panjang dan lama.

Begitu seorang manusia menemukan kesadarannya, dia menuntut dirinya untuk hidup dalam apa yang disebutnya benar. Apa yang disebut benar oleh seseorang adalah apa yang sesuai dengan kesadarannya, yang disetujinya, yang dianggapnya baik, yang dianggapnya punya nilai, yang dapat di jadikan pegangan dalam bertindak. Kebenaran adalah sesuatu yang dikatakan "ya" kepadanya. Sesuatu yang sejalan dengan pemikiran kita. Apapun yang menurut pendapat kita adalah benar.

Selanjutnya, dalam sejarah manusia dikenal sejumlah lembaga yang kita kenal sebagai agama, ilmu, filsafat, dan seni. Lembaga kebenaran filsafat, alatnya adalah nalar, logika manusia yang bersifat spekulatif. Tujuannya adalah mencapai kebenaran yang sifatnya mendasar dan menyeluruh dalam sistem konseptual. Ciri-ciri lembaga kebenaran ini adalah konseptual, logis, universal, mendasar, menyeluruh, "mutlak" dan langgeng. Sejarah lembaga kebenaran dijumpai di berbagai pusat peradaban purba manusia. Penjelasan ini menunjukan bukti, bahwa perjalanan manusia dalam upaya mencari kebenaran itu sudah cukup panjang.

sumber  :
Jalaluddin. 2013. Filsafat Ilmu Pengetahuan. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada