Senin, 31 Oktober 2016

HAKIKAT KONFLIK



Pengertian Konflik
Konflik adalah adanya situasi atau keadaan oposisi atau pertentangan pendapat, sikap, tindakan di antara orang-orang, kelompok-kelompok atau organisasi-organisasi (Schermerhorn, 1986). Menurut Wirawan (2013:1-2 ).Konflik merupakan salah satu esensi dari kehidupan dan perkembangan manusia yang mempunyai karekteristik yang beragam.  Konflik merupakan salah satu gejala psikologis yang umumnya menggiring individu pada suasana kurang menguntungkan terutama jika kita tidak mengatasinya. Peristiwa ini dipastikan dapat dialami semua orang baik orang tua maupun muda, anak usia pra sekolah, anak SD sampai mahasiswa, bahkan tua renta sekalipun karena konflik berawal dari proses pengambilan keputusan dalam hidup. Pengambilan keputusan dalam kehidupan itu pada dasarnya adalah suatu proses memilih atau menentukan pilihan di antara sekian banyak pilihan. Artinya pilihan itu tidak satu, melainkan lebih dari satu, sehingga dalam suasana tertentu dapat menyulitkan orang yang harus memilih dan diperlukan keputusan yang tepat.

Jenis-jenis Konflik
Sekurang-kurangnya dapat dikenali ada 3 jenis konflik, yaitu :
a.         Konflik Mendekat-Mendekat ( Approach-approach Conflict )
Konflik jenis ini terjadi ketika seseorang menghadapi dua pilihan atau lebih sama kuat yang disukai atau bersifat positif bagi dirinya. Misalnya ketika seseorang mendaftar ke 2 SMP yang dia inginkan, dan ternyata dia di terima di kedua SMP, dia sangat bingung dan pada saat itulah terjadi konflik mendekat-mendekat.
b.        Konflik Menjauh-Menjauh ( Avoidance-avoidance Conflict )
Konflik jenis ini terjadi ketika seseorang dihadapkan pada dua keadaan atau lebih yang semuanya tidak disukai atau memiliki konsekuensi negative bagi dirinya. Misalnya ketika seseorang yang kesiangan sekolah dia di suruh memilih apakah mau melaksanakan hukuman atau tidak masuk kelas. Keduanya adalah pilihan yang buruk bagi seseorang itu, dia harus berpikir mencari keputusan.
c.         Konflik Mendekat-Menjauh ( Approch-Avoidance Conflict )
Konflik jenis ini sulit dipecahkan dikarenakan terjadi ketika seseorang di hadapkan pada suatu keadaan yang mengandung baik atau positif maupun negatif sekaligus. Misalnya, seorang peserta didik yang baru lulus SMA dengan bakat dan cita-cita pada seni dituntun orang tuanya untuk melanjutkan ke jenjang kuliah disalah satu jurusan atau progam studi pendidikan yang menurut orang tuanya sangat menunjang bagi masa depannya. Bagi peserta didik ini tuntutan orang tuanya bisa menjadi sumber konflik mendekat-menjauh. Pasalnya, jika dia menuruti kemauaan orang tuanya dia akan mendapatkan msa depan yang cerah, ini merupakan konsekuensi positif. Tetapi juga memunculkan dilema negative karena peserta didik berbakat pada bidang seni dan mempunyai keinginan kuat melanjutkan di bidang tersebut. Artinya potensi dan harapannya terkubur.

Selain jenis-jenis konflik di atas ada juga beberapa jenis konflik , diantaranya :
a.    Konflik Dilihat dari Fungsi
Berdasarkan fungsinya konflik dibagi menjadi dua macam, yaitu:  
  1. Konflik Fungsional (Functional Conflict). Konflik fungsional adalah konflik yang mendukung pencapaian tujuan kelompok, dan memperbaiki kinerja kelompok. 
  2. Konflik Disfungsional (Dysfunctional Conflict). Konflik disfungsional adalah konflik yang merintangi pencapaian tujuan kelompok.
b.   Konflik Dilihat dari Pihak yang Terlibat di Dalamnya
Berdasarkan pihak-pihak yang terlibat di dalamnya, konflik dibagi menjadi enam macam, yaitu:
  1. Konflik dalam Diri Individu (Conflict within The Individual). Konflik ini terjadi jika seseorang harus memilih tujuan yang saling bertentangan, atau karena tuntutan tugas yang melebihi batas kemampuannya. 
  2.  Konflik antar-Individu (Conflict among Individuals). Konflik ini terjadi karena perbedaan kepribadian (personality differences) antara individu yang satu dengan individu yang lain. 
  3. Konflik antara Individu dan Kelompok (Conflict among Individuals and Groups). Konflik ini terjadi jika individu gagal menyesuaikan diri dengan norma - norma kelompok tempat ia bekerja. 
  4. Konflik antar Kelompok dalam Organisasi yang Sama (Conflict among Groups in the Same Organization). Konflik ini terjadi karena masing-masing kelompok memiliki tujuan yang berbeda dan masing-masing berupaya untuk mencapainya. 
  5.  Konflik antar Organisasi (Conflict among Organizations). Konflik ini terjadi jika tindakan yang dilakukan oleh organisasi menimbulkan dampak negatif bagi organisasi lainnya. Misalnya, dalam perebutan sumberdaya yang sama. 
  6. Konflik antar Individu dalam Organisasi yang Berbeda (Conflict among Individuals in Different Organizations). Konflik ini terjadi sebagai akibat sikap atau perilaku dari anggota suatu organisasi yang berdampak negatif bagi anggota organisasi yang lain. Misalnya, seorang manajer public relations yang menyatakan keberatan atas pemberitaan yang dilansir seorang jurnalis.

Faktor-Faktor Penyebab Konflik
1)      Perbedaan Individu
Perbedaan ini meliputi perbedaan pendirian dan perasaan. Setiap orang memiliki pendirian dan perasaan yang berbeda-beda satu dengan lainnya. Perbedaan ini dapat menjadi faktor penyebab konflik sosial, sebab dalam menjalani hubungan sosial, seseorang tidak selalu sejalan dengan kelompoknya. Misalnya, ketika peserta didik diberi permainan, tentu perasaan setiap anak akan berbeda-beda. Ada yang merasa terganggu karena berisik, tetapi ada pula yang merasa terhibur.
2)      Perbedaan Latar Belakang K ebudayaan
Pemikiran dan pendirian yang akan menghasilkan perbedaan individu yang dapat memicu konflik. Misalnya disekolah anak-anak itu berasal dari berbagai daerah, sehingga kebudayaan yang dimilikinya pun berbeda, sehingga menyebabkan konflik.
3)      Perbedaan Kepentingan antara Individu atau Kelompok
Dalam waktu yang bersamaan, masing-masing orang atau kelompok memiliki kepentingan yang berbeda-beda. Kadang-kadang orang dapat melakukan hal yang sama, tetapi untuk tujuan yang berbeda-beda. Sebagai contoh, misalnya dalam bersekolah ada anak-anak yang benar-benar ingin belajar dan ada pula yang hanya ingin mendapatkan uang jajan.
4)      Perubahan-perubahan N ilai yang Cepat dan Mendadak. Perubahan adalah sesuatu yang lazim dan wajar terjadi, tetapi jika perubahan itu berlangsung cepat atau bahkan mendadak, perubahan tersebut dapat memicu terjadinya konflik sosial. Misalnya, pergantian kepala sekolah yang biasanya semua aturan langsung diubah secepatnya yang menyebabkan konflik terhadap siswa dan gurunya.

Pandangan Mengenai Konflik
Ada tiga pandangan mengenai konflik, yaitu:
a.         Pandangan tradisional
Pandangan ini menyatakan bahwa konflik harus dihindari karena akan mennimbulkan kerugian. Dalam aliran ini memandang konflik sebagai sesuatu yang tidak menguntungkan, sesuatu yang buruk dan selalu merugikan dalam suatu organisasi. Oleh karena itu, konflik harus dicegah dan dihindari sebisa mungin dengan mencari akar permasalahannya.
b.        Pandangann hubungan kemanusiaan
Pandangan ini menyaatakan bahwa konflik merupakan sesuatu yang alamiah, wajar dan tidak terelakan dalam setiap kelompok manusia. Konflik tidak selalu dipandang buruk karena memiliki potensi kekuatan yang positif di dalam menentukan kinerja kelompok. Konflik tidak selamanya bersifat merugikan, bahkan bisa menguntungkan, yang oleh karena itu konflik harus dikelola dengan baik.
c.         Pandangan interaksionis
Pandangan ini menyatakan bahwa konflik bukan sekedar kekuatan positif dalam suaatu kelompok, akan tetapi mutlak diperlukan untuk suatu kelompok agar dapat berkinerja positif, dengan demikian konflik harus diciptakan. Pandangan ini didasarkan pada keyakinan bahwa organisasi yang harmonis, tenang, dan damai ini justru akan membuat organisasi itu menjadi statis dan tidak inovatif. Hal tersebut akan berdampak pada kinerja organisasi yang menjadi rendah.

Penanganan atau penyelesaian konflik
Penyelesaian konflik merupakan suatu strategi resolusi yang digunakan untuk mencegah konflik agar tidak menjadi destruktif melainkan dapat menjadi suatu keadaan yang konstruktif dalam mencapai tujuan organisasi. Terdapat tiga tahapan dalam penyelesaian konflik yang ditawarkan untuk meningkatkan kinerja dan produktivitas organisasi yaitu: 1) perencanaan konflik, 2) pelaksanaan konflik, dan 3) evaluasi konflik (Wahyudi, 2008: 111).
a.         Dalam perencanaan penyelesaian konflik di sekolah:
1.      kepala sekolah dan guru dapat mengidentifikasi sumber penyebab konflik, yaitu perbedaan pendapat, persepsi, nilai dan tujuan, saling ketergantungan dalam tugas, sumber daya yang terbatas, sistem penggajian yang kurang adil dan komunikasi yang kurang harmonis;
2.      kepala sekolah dan guru dapat mengidentifikasi jenis-jenis konflik, yaitu konflik antar individu, konflik antara individu dengan kelompok, dan konflik antar kelompok;
3.      kepala sekolah dan guru dapat mengklasifikasi konflik, yaitu antara konflik yang fungsional dengan konflik yang disfungsional; dan
4.      kepala sekolah dan guru dapat menganalisis konflik yang segera harus diselesaikan dan konflik yang masih dapat ditunda penyelesaiannya atas dasar dampak yang ditimbulkan dan banyaknya personal yang terlibat.

b.        Dalam pelaksanaan penyelesaian konflik di sekolah:
  • untuk konflik antar guru, pendekatan yang digunakan adalah kolaborasi, kompromi, dan kompetisi; 
  • untuk konflik antara guru dengan kepala sekolah, pendekatan yang digunakan oleh Kepala Sekolah adalah rela membantu dan dominasi; 
  • untuk konflik antara guru dengan kelompok guru, pendekatan yang digunakan adalah kompromi dan kolaborasi; dan 
  • untuk konflik antar kelompok guru, pendekatan yang digunakan adalah integrasi.

c.         Dalam evaluasi penyelesaian konflik di sekolah: 
  • kepala sekolah dan guru dapat menekan dampak negatif konflik, yaitu tingkat konflik yangterlalu tinggi, dan tingkat konflik yang terlalu rendah; 
  •  kepala sekolah dan guru dapat meningkatkan dampak positif konflik, yaitu tingkat konflik yang optimal; 
  •  sikap dan perilaku kerja guru meningkat; dan 
  •  hasil kerja guru meningkat.

Cara Penanganan Konflik Bagi Peserta Didik:
a.    Berpikir untuk mengenali latar belakang penyebab, sumber-sumber, dan inti masalah konflik, selanjutnya memperkirakan dan menguji jalan keluar, sampai mengatasi konflik itu sendiri.
b.      Meminta saran atau bertukar pikiran dengan orang yang sangat dipercaya dan mampu membantu mengatasi konflik.
c.       Berkonsultasi dengan orang ahli (guru atau orangtua)
d.      Berserah diri sambil beribadah sepenuhnya kepada Tuhan Yang Maha Esa, setelah berbagai usaha dilakukan.

Dampak Akibat Konflik
Issufiah Dwi Nuryati (2012) dalam jurnalnya menunjukkan bahwa konflik memberikan dampak positif dan negatif. Dampak positif yang tampak adalah semua personil makin meningkat kemauan untuk bekerja sama dalam memajukan sekolahnya. Dampak negatif yang ditimbulkan dari adanya konflik antara lain dengan penataan dan pemenuhan jam mengajar minimal 24 jam maka ada sebagian guru yang tidak mendapatkan jam penuh. Makna yang dapat diperoleh dalam mengatasi struktur organisasi harus memberikan kontribusi positif dan evektifitas, organisasi membutuhkan asumsi mengenai kemampuan dan motifasi dari mereka yang mempunyai kekuasaan untuk mendesainnya.
Dampak buruk secara umum:
a)       Menghambat komunikasi, karena pihak-pihak yang berkonflik cenderung tidak berkomunikasi.
b)       Menghambat keeratan hubungan.
c)       Mengganggu kerja sama.
d)       Mengganggu proses mengajar,bahkan menurunkan kualitas peserta didik.
e)        Menimbulkan ketidakpuasan.
f)        Perubahan kepribadian pada individu, misalnya timbulnya rasa dendam, benci, saling curiga dan lain-lain.
g)        kerusakan harta benda dan hilangnya jiwa manusia.
h)        Dominasi bahkan penaklukan salah satu pihak yang terlibat dalam konflik.

Dampak baik secara umum:
a)        Membuat suatu organisasi hidup, bila pihak-pihak yang berkonflik memiliki kesepakatan untuk mencari jalan keluarnya.
b)        Berusaha menyesuaikan diri dengan lingkungan merupakan salah satu akibat dari konflik, yang tujuannya tentu meminimalkan konflik yang akan terjadi dikemudian hari.
c)     Melakukan adaptasi, sehingga dapat terjadi perubahan dan perbaikan dalam system serta prosedur, mekanisme, program, bahkan tujuan organisasi.
d)       Memunculkan keputusan-keputusan yang inovatif.
e)        Memunculkan persepsi yang lebih kritis terhadap perbedaan pendapat.
f)         Meningkatkan solidaritas sesama anggota kelompok (ingroup) yang mengalami konflik dengan kelompok lain.

Minggu, 30 Oktober 2016

KEPRIBADIAN DALAM TEORI PSIKOANALISA

Dalam teori psikoanalisa, kperibadian dipandang sebagai suatu struktur yang terdiri dari tiga unsur atau sistem yakni id, ego dan super ego.ketiga sistem kepribadian ini satu sama lain saling berkaitan serta membentuk suatu totalitas.
a.  Id
Id/das es adalah sistem kepribadian yang paling dasar, yang didalamnya terdapat naluri-naluri bawaan. Untuk  dua sistem yang lainnya, id adalah sistem yang bertindak sebagai penyedia atau penyalur energi yang dibutuhkan oleh sistem-sistem terebut untuk operasi-operasi atau kegiatan-kegiatan yang dilakukannya. Dalam menjalankan fungsi dan operasinya, id bertujuan untuk menghindari keadaan tidak menyenangkan dan mencapai keadaan yang menyenangkan.
Untuk keperluan mencapai maksud dan tujuannya itu, id mempunyai perlengkapan berupa dua macam proses, proses yang pertama adalah tindakan-tindakan refleks, yaitu suatu bentuk tingkah laku atau tindakan yang mekanisme kerjanya otomatis dan segera, serta adanya pada individu merupakan bawaan. Proses yang kedua adalah proses primer. Yaitu suatu proses yang melibatkan sejumlah reaksi psikologis yang rumit. Dengan proses primer ini dimaksudkan bahwa id (dan organisme secara keseluruhan) berusaha mengurangi tegangan dengan cara membentuk bayangan dari objek yang bisa mengurangi teganan.
b.  Ego
Ego adalah sistem kepribadian yang bertindak sebagai pengarah individu kepada dunia objek tentang kenyataan, dan menjalankan fungsinya berdasarkan prinsip kenyataan.
Menurut Freud, ego tebentuk pada struktur kepribadian individu sebagai hasil kontak dengan dunia luar. Adapun proses yang dimiliki dan dijalankan ego adalah upaya memuaskan kebutuhan atau mengurangi tegangan oleh individu..
Ego dalam menjalankan fungsinya sebagai perantara dari tuntutan-tuntutan naluriah organisme di satu pihak dengan keadaan lingkungan dipihak lain. Jadi, fungsi yang paling dasar ego adalah sebagai pemelihara kelangsungan hidup individu.
c.    Superego
Superego/das Uberich adalah sistem kepribadian yang berisikan nilai-nilai dan aturan-aturan yang sifatnya evaluatif (menyangkut baik-buruk) Adapun fungsi utama dari superego adalah :
·      Sebagai pengendali dorongan-dorongan atau impuls-impuls naluri id agar impuls-impuls teresbut disalurkan dalam cara atau bentuk yang dapat diterima oleh masyarakat.
·      Mengarahkan ego pada tujuan-tujuan yang sesuai dengan moral dari pada dengan kenyataan.
·      Mendorong individu kepada kesempurnaan.