Jumat, 25 November 2016

ARGUMEN DALAM KRITISISME



Apakah pada akhirnya interpretasi dan evaluasi tidak terpisahkan secara teoretis, karya kritik memasukkan keduanya. Perhatikan dua pernyataan ini: Dalam karya Michelangelo, Moses, Musa baru saja menanggulangi dorongan untuk melemparkan lempengan ke tanah, dan “suatu acara penting dalam kunjungan Anda ke Roma, tidak diragukan lagi untuk melihat patung Michelangelo Moses” Pada kedua kasus tersebut, kita mengharapkan pembicara untuk menjelaskan dan membuktikan apa yang dikatakannya. Biasanya, jika ditanya. “Mengapa Anda mengatakan demikian?” kita menjawab, dengan argumen rasional. Namun, apakah kritikus memberikan argumennya? Begitukah cara mereka membantu interpretasi? Apakah mereka memberikan pemikiran atas kepercayaan bahwa yang mereka katakan adalah benar dan untuk ke atas apa yang mereka nyatakan serta untuk bereaksi secara sama seperti yang mereka lakukan?

Paul Ziff secara tepat menjelaskan bahwa sementara apa yang dikatakan orang tentang suatu karya seni dan objek estetika, ditawarkan sebagai dasar pemikiran atas keindahan atau kejelekan suatu karya (misalnya “Tidak terorganisir”), tidak semua demikian (misalnya “direkam di Minneapolis”), Meskipun ia percaya bahwa interpretasi dan evaluasi dapat dipisahkan, Ziff beranggapan bahwa pemikiran kritis, jika sungguh merupakan argumen, maka secara langsung relevan bagi keduanya. “Mengatakan bahwa suatu lukisan adalah lukisan yang bagus, berarti sekadar mengatakan bahwa ia berharga untuk dinikmati”” la menambahkan, argumen kritis mengacu pada hal-hal yang dapat dipersepsi dan secara bersamaan mengarahkan persepsi kita. Respons estetis atau keterlibatan adalah sebuah kegiatan. Kita tidak hanya melihat dan mendengar, kita memperhatikan dan menyimak. Oleh karena itu, sesuatu tampak sepele, seperti “itu hanya datar.” Jika mengatakan kepada kita apa yang harus dilakukan terhadap karya, maka dapat menjadi dasar. Jika suatu komentar terhadap karya memberi kita petunjuk atau saran yang membantu kita mengetahui hal menarik tentang karya. maka komentar itu memberi dasar untuk mengetahui dan mengapresiasi kelebihannya. Ia memberikan kepada kita dasar untuk menilai karya.

Ziff memperingatkan bahwa kita harus berhati-hati tentang memasukkan “kita”. Paling jauh, kita hanya dapat memprediksi apa yang akan kita atau teman kita temukan pada suatu kontemplasi oleh karena itu, apa yang berlaku sebagai argumen akan menjadi relatif bagi kelompok individu tertentu.

Ahli sejarah seni, Jacob Rosenberg, tidak setuju hal in. la percaya bahwa kualitas adalah persoalan kesepakatan bersama di antara orang yang peka dan terlatih. Ia percaya bahwa studi yang teliti tentang sejarah kritisisme akan membuka landasan umum yang dapat diberikan untuk mendukung penilaian estetik la telah mempelajari sejarah kritisisme dalam usahanya untuk menemukan strategi dan aturan yang paling baik.

Rosenberg mengagumi kritikus abad keenambelas, Vasari, atas perkenalannya pada kritisisme sistematis-kritisisme yang dalam kasus Vasari melibatkan penilaian yang didasarkan pada kebenaran pada alam, invenzione (memahami hidup), dan designo (bentuk, gambar). Namun, ia mengkritisi penolakan Vasari tentang periode seni umum (misalnya, masa abad pertengahan) karena hal ini akan membutakan kita terhadap karya yang juga bernilai. Rosenberg memilih Roger de Piles sebagai contoh kritisisme Prancis abad ketujuh belas dan orang dikejutkan oleh ciri kuantitatif dari sistem pemikirannya. Analisis Piles dihasilkan dari membuat tingkatan seniman berdasarkan empat komponen-komposisi, gambar, warna, dan skala satu sampai dua puluh.

Cukuplah untuk satu favoritsaya! Apa yang dikagumi Rosenberg dalam penelitian Piles adalah ditelitinya banyak orang besar dan memanfaatkan perbandingan langsung sebagaimana menyediakan dasar objektif bagi suatu penilaian.

Rosenberg melanjutkan meneliti kritisisme abad kedelapanbelas, kesembilanbelas, dan keduapuluh. Hal pokok dari penelitiannya adalah menggarisbawahi keuntungan dan kerugian dari hal yang menonjol dalam kritisisme, yang akan membuat kita dapat memformulasikan standar objektif bagi metodologi kritis dengan mengidentifikasi apa yang paling baik darinya. la meyakini bahwa studi seni historis komparatif menunjukkan bahwa terdapat kriteria umum dari sebuah karya unggul, yaitu penghematan artistik, keterpilihan, kepekaan pada media, kepekaan terhadap makna, konsistensi vitalitas, daya penemuan, intensitas, kejelasan, dan keekspresifan, Kesemuanya itu adalah apa yangberlanjut hinggaabadkeduapuluh dimana para kritisi harus memperhatikan dan dapat menggunakannya untuk mendasari penilaiannya.

Formulasi standar kritis objektif yang dipegang Rosenberg sebagai tujuan suatu kritisisme adalah apa yang mendapat serangan dalam “Komunikasi Kritis”, esai penting karya Arnold Isenberg. Lsenberg berargumen bahwa hampir semua orang watak sesungguhnya dari kritisisme (termasuk Rosenberg) salah paham tentang watak sesungguhnya dari kritisisme. Kritisisme bukanlah kegiatan pemberian dasar. Argumennya sangat menarik dan perlu mendapatkan perhatian saksama, meskipun saya akan menyebutkannya menurut cara saya dan menggunakan contoh saya sendiri. Secara umum kita mengerti penalaran mengikuti model berikut:
K (klaim): “Habis hujan ya?”
Anda bertanya “Kenapa?”
A (alasan): “Karena jalanan basah.”
Sekarang, jika A adalah alasan bagi K, maka dua pernyataan itu harus saling dihubungkan. Secara umum, keduanya dikat oleh hukum atau setidaknya sebuah generalisasi semacam hukum:
H (Hukum) “Jika jalanan basah, maka biasanya karena habis hujan.”
Dalam hal ini, Isenberg bertany,a bagaimana cara kerja kritisisme? Jawabannya adalah tidak. Perhatikan komentar kritikus Constantine Leontiev tentang karya Tolstoy, War and Peace:
 Saya suka, bahkan saya memuja War and Peace sebagai karya raksasa serta dengan pengantarmyayangberani pada keseluruhan bagian novel tentang filsafat dan strategi, berlawanan dengan ketenangan dan ketelitian artistik yang telah memandu kita selama ini. Saya menyukai War and Peace pada suara patriotik yang pada saat tertentu dibakar di setiap halaman dengan begitu kuatnya, untuk penggambaran peperangan, untuk daya tarik yang kuat pada representasi, baik pada “godaan” dunia dan kesenangan kehidupan keluarga, terhadap berbagai macam tokoh yang menaklukkan pikiran pembacanya dan akan keberlakuannya.
Kita dapat menyederhanakan komentar tersebut mengikuti model di atas sebagai berikut, (Isenberg menggunakan putusan dan klaim serta aturan untuk hukum).
P (Putusan) : “War and Peace sungguh bagus”.
A (Alasan) : “War and Peace memiliki gambaran perang yang menyentuh hati”.
A (Aturan): “Karya apapun yang mempunyai gambaran perang yang menyentuh adalah bagus”.
Namun, aturan tidak bekerja bahkan jika kita menyelipkan kata “biasanya”. Sekeras apa yang telah dilakukan oleh kritikus dan teoretikus Isenberg percaya, bahwa mereka belum menemukan generalisasi sejenis hukum yang mengikat bersama putusan dan dasar, bahkan yang paling disetujui oleh para kritisi. Tidaklah benar bahwa hampir semua novel dengan gambaran perang yang menyentuh adalah bagus, apalagi kalau dikatakan novel yang paling baik adalah yang memiliki gambaran perang yang menyentuh. Dan tidaklah membantu untuk berusaha membuat aturan lebih rumit atau komprehensif mempunyai gambaran perang yang menyentuh, representasi kehidupan keluarga yang menarik, dan dukungan patriotik. Bahkan, jika kita setuju dengan Rosenberg bahwa secara historis, hal-hal seperti vitalitas, intensitas, atau kejelasan telah berulang kali digunakan untuk mendukung penilaian kritis, Isenberg meyakini bahwa tidak ada aturan yang dapat diformulasikan, yang memungkinkan kita untuk menghubungkan putusan kita dengan alasannya.
Menurut Isenberg, kritisi tidak berurusan dengan produksi argumen deduktif. Mereka tidak memberikan alasan untuk mendukung klaim mereka. Kenyataannya, mereka tidak minta untuk percaya tentang apa saja. Mereka hanya berurusan dengan menunjuk (pointing). Mereka mengajak kita untuk memersepsi sebagian dari objek atau kejadian.
William G.Lycan dan Peter K. Machamer menawarkan satu kritisisme terhadap teori lsenberg. Mereka membantah bahwa jika tugas kritikus mengajak kita untuk memersepsi apa yang telah ia lihat, maka sulit untuk mengetahui bagaimana kita dapat mengatakan apakah ia memang berhasil dengan apa yang dilakukannya. Kritisisme yang baik, bukan sekadar mengajak penonton untuk memiliki persepsi yang sama, kritikus mengikuti persepsi tertentu saja. oleh karena persepsi merupakan pengalaman pribadi dan individual, bagaimana kita mengetahui bahwa pengalaman penonton sesuai atau mendekati pengalaman kritikus? Hanya dengan memandang pada arah yang tepat atau mengungkapkan kata-kata yang sama tidak akan membuktikan hal itu. lsenberg berusaha menjelaskan komunikasi kritis, tetapi Lycan dan Machamer khawatir bahwa kita tidak mempunyai dasar untuk menyebutnya komunikasi begitu menurut pandangannya.
Menurut Lycan dan Machamer, dasar rasional penalaran memiliki logika yang khas. Mereka berdua berusaha menghubungkan antara generalisasi (norma) dan evaluasi (putusan), tetapi bukan karena generalisasi itu telah ditemukan secara ilmiah. Logika adalah bagian dari bahasa kita belajar untuk “bagus” ketika kita juga dapat mengatakan bahwa karya itu “seimbang” anggun? “utuh atau “penuh ketegangan.” Kecuali kita menggunakan bahasa yang sama dengan si pembicara, mungkin kita tidak akan dapat mengetahui apa yang ia bicarakan atau apa yang ia tunjuk ketika ia bicara tentang kesatuan atau perkembangan plot. Ketika kita berbicara dengan bahasa yang sama, kita mengerti bahwa ini adalah penting (menurut dan Machamer, hal ini mungkin salah satu alasan bahwa diskursus kritis sering kali membingungkan. Kritis bicara tentang “bentuk”, “keseimbangan”, dan “kesatuan” serta orang sering mengklaim bahwa mereka tidak paham apa yang dibicarakan kritisi. Memahami mengapa kesatuan adalah sesuatu hal yang baik dan memahami apa yang menyertai kesatuan).
Bahkan, meskipun Lycan dan Machamer benar dalam mengemukakan istilah seperti “utuh berarti setidaknya, bahwa itu berarti baik untuk suatu karya seni, misalnya Perpindahan kedua dari Simfoni Ketiga Beethoven utuh tidak dengan serta merta mengimplikasikan “Perpindahan kedua dari Simfoni Ketiga Beethoven adalah baik”. Paling banter yang dapat kita katakan adalah dalam batas bahwa perpindahan kedua karya Simfoni Ketiga Beethoven utuh adalah baik. Namun, kritisi tampaknya lebih ingin membuat suatu pandangan umum dengan mengatakan secara langsung bahwa perpindahan kedua adalah baik.
Satu cara untuk menyatakan bahwa Isenberg salah adalah dengan mengemukakan beberapaaturan.Namun,sayasetujudengankeraguan Isenberg tentang kemungkinan untuk merencanakan aturan-aturan. Pengalaman mengindikasikan bahwa kita tidak memproduksi sesuatu yang salah,juga yang tidak bermakna: “Novel dengan penggambaran perang adalah novel baik” atau “Karya dengan semua dan hanya kualitas baik adalah bagus saya percaya bahwa kita dapat menunjukkan bahwa Isenberg hanya sebagian saja benar dalam pencirian kegiatan kritis yang menyeluruh. Akan tetapi, marilah kita melihat pada dasar lain untuk menganggap bahwa kritisisme adalah semacam penunjukan (pointing).
Sumber :
Eaton, Marcia Muelder. (1988). Persoalan-Persoalan Dasar Estetika. Jakarta: Salemba Humanika.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar