Banten Girang pada awalnya adalah
pusat kerajaan sunda jauh sebelum berdirinya kerajaan-kerajaan di Jawa Barat
yang merupakan awal Kerajaan Banten sebelum mendapat kebesaran nama pada saat
itu (Kerajaan Sunda Wahanten). Pendiri sekaligus penguasa Kerajaan Wahanten
ialah Prabu Jaya Bupati yang disebut juga Prabu Saka Domas. Bermaksud
memulihkan kerajaan-kerjaan yang telah hancur dimasa silam, Prabu Jaya Bupati
mendirikan Kerajaan Wahanten di Banten Girang pada tahun 932 M sampai tahun
1016 M. Kerajaan Wahanten pada saat itu menjalin kerjasama dengan
kerajaan-kerajaan lain di Jawa. Erat hubungan kerjasamanya dengan Raja Prabu
Darma Wangsa, dan dilanjutkan sampai Raja Erlanggga (990 M - 1016 M).
Suatu ketika, rakyat Kerajaan Sunda
Wahanten sering mendapat gangguan keamanan yang mengancam keselamatan Raja dan
rakyatnya. Ancaman itu datang dari Kerajaan Sri Wijaya yang dipimpin oleh Prabu
Bala Putra Dewa dengan maksud ingin menguasai Kerajaan Sunda Wahanten yang
merupakan sekutu dari Kerajaan Jawa (Prabu Darma Wangsa) dengan motif balas
dendam.
Prabu Jaya Bupati khawatir akan
keselamatan jiwa raga rakyatnya sehingga memutuskan untuk mengungsi ke dalam
pegunungan selatan, dengan mendirikan kerajaan kecil di daerah Cicatih
Sukabumi. Dengan demikian Kerajaan Sriwijaya berhasil menguasai Kerajaan Sunda
di Banten Girang (1016 M - 1030 M).
Berdirinya Kerajaan kecil di Cicatih
Sukabumi ini tidak mencapai usia lama sehingga menjadi punah. Dengan waktu yang
cukup lama, berdirilah Kerajaan Kawali yang merupakan Kerajaan Sunda, sebagai
penerus kerajaan-kerajaan sunda yang telah punah, seperti Kerajaan Wahanten di
Banten Girang dan Kerajaan kecil di Cicatih Sukbumi. Dengan berdirinya Kerajaan
di Kawali yang dikuasai oleh Prabu Yang Niskala dengan Keraton yang bernama
Surawisesa sekitar tahun 1080 M.
Prabu Yang Niskala digantikan oleh
Prabu Ningrat Kencana dan digantikan lagi oleh Prabu Baduga sri Maharaja yang
bertahta di Kerajaan Pajajaran, tetapi telah gugur dalam peperangan antara
Kerajaan Majapahit dengan Kerajaan Pajajaran pada tahun 1371 M. Ketika Prabu
Baduga Sri Maharaja wafat, kepemimpinan di Kerajaan Pajajaran untuk sementara
dipegang oleh Yang Bumi Sora. Kemudian, kedudukan Yang Bumi Sora digantikan
oleh putra Prabu Baduga Sri Maharaja sebagai pewaris Kerajaan Pajajaran yang
bernama Prabu Niskala Wastu Kencana dengan mendirikan Kerajaan Galuh Pakuan
hingga tahun 1420 M. Kedudukan Prabu Niskala Wastu Kencana digantikan oleh
putranya yang bernama Tabanan.
Pada saat Raja Tabanan berkuasa di
Kerajaan Galuh Pakuan, ia turun tahta dari singgana kerajaan dikarenakan telah
menyalahi aturan kerajaan, karena telah jatuh cinta kepada seorang wanita dari
perkampungan. Raja Tabanan berkuasa di Kerajaan Galuh Pakuan sampai tahun 1440
M. Dengan demikian, punahlah Kerajaan yang berpengaruh di Jawa Barat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar