Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia (1994), Kolaboratif dan kooperatif diartikan sama
dengan kerja sama. Tetapi karena kata kolaboratif dan kooperatif diambil dari
bahasa inggris, maka maknanya juga harus dilihat di kamus istilah bahasa
Inggris. Dalam kamus Webster, cooperative
diartikan involving the join activity of two or more, done with or working with
othersfor a common purpose or benefit, sedangkan collaborative diartikan accomplished
by collaboration, sedangkan collaboration
diartikan act of working jointly:
“they worked either in collaboration or independently”. Menurut Smith &
Macgregor (Hosnan, 2014), pembelajaran kolaboratif adalah satu istilah untuk
suatu jenis pendekatan pendidikan yang meliputi penggabungan karya atau usaha
intelektual siswa atau siswa bersama dengan guru. Biasanya siswa bekerja dalam
dua atau lebih kelompok, saling mencari pemahaman, penyelesaian/arti, atau
membentuk suatu produk/hasil. Kegiatan dalam pembelajaran kolaborasi bermacam-macam,
tetapi pada dasarnya berpusat pada eksplorasi diswa atau aplikasi dari bagian
materi dan bukan hanya ceramah dari guru.
Pembelajaran
kolaboratif menggambarkan suatu perubahan yang signifikan dari pembelajaran
yang berpusat pada guru menjadi pembelajaran yang berpusat pada siswa.
penekanannya adalah pada diskusi siswa dan keaktifan dalam bekerja dengan
materi yang telah disediakan. Pendapat ini didukung oleh pendapat Nizar (2008)
ynag menyatakan bahwa pembelajaran kolaboratif adalah proses belajar kelompok
yang setiap anggota menyumbangkan informasi, pengalaman, gagasan, sikap,
pendapat kemampuan dan keterampilan yang dimilikinya untuk secara bersama-sama
saling meningkatkan pemahaman seluruh anggota. Perbedaan yang paling nyata di
antara pembelajaran kolaboratif dan kooperatif adalah bahwa pembeljaran
kooperatif berkaitan erat dengan pengetahuan tradisional (kanonik). Sementara,
pembelajaran kolaboratif terkait dengan gerakan konstruktivisme sosial yang
menegaskan bahwa pengetahuan dan otoritas pengetahuan telah berubah pemahaman
pengetahuan secara foundational
(kognitif) ke nonfoundational ground.
Pembelajaran
kolaboratif dipahami sebagai suatu rangkaian proses yang membantu para siswa
dalam berinteraksi bersama untuk mewujudkan tujuan spesifik yang telah
disepakati. Pembelajaran kolaboratif didasarkan pada asumsi-asumsi mengenai
siswa dalam proses belajar sebagai berikut:
a. Belajar
itu aktif dan konstruktif
b. Belajar
itu bergantung konteks
c. Siswa
itu beraneka latar belakang
d. Belajar
itu bersifat sosial
Menurut
Piaget dan Vigostsky, strategi pembelajaran kolaboratif didukung oleh adanya
tiga teori berikut:
a. Teori
Kognitif
Teori
ini berkaitan dengan terjadinya pertukaran konsep antaranggota kelompok pada
pembelajaran kolaboratif sehingga dalam suatu kelompok akan terjadi proses
transformasi ilmu pengetahuan pada setiap anggota.
b. Teori
Konstruktivism
Pada
teori ini terlihat adanya interaksi sosial antaranggota yang akan membantu
perkembangan individu dan meningkatkan sikap saling menghormati pendapat semua
anggota kelompok.
c. Teori
Motivasi
Teori
ini teraplikasikan dalam struktur pembelajaran kolaboratif karena pembelajaran
kolaboratif akan memberikan lingkungan yang kondusif bagi siswa untuk belajar,
menambah keberanian anggota untuk memberi pendapat dan menciptakan situasi
saling memerlukan pada seluruh anggota dalam kelompok.
Belajar
kolaborasi adalah suatu strategi pembelajaran dimana para siswa dengan variasi
yang bertingkat bekerjasama dalam kelompok kecil kea rah satu tujuan
Tujuan
Pembelajaran Kolaboratif
Pembelajaran
kolaboratif menuntut adanya modifikasi tujuan pembelejaran dari yang semula
sekedar penyampaian informasi menjadi konstruksi pengetahuan oleh individu
melalui belajar kelompok. Dalam belajar kolaboratif, tidak ada perbedaan tugas
untuk masing-masing individu, melainkan tugas itu milik bersama dan
diselesaikan secara bersama, tanpa membedakan latar belakang dan kondisi belajar
siswa.
Kita
dapat mengetahui hal yang ditekankan dalam belajar kolaboratif, yaitu bagaimana
cara agar siswa dalam aktivitas belajar kelompok dan terjadi adanya kerjasama,
interaksi, dan pertukaran informasi. Selain itu, tujuan dari pembelajaran kolaboratif
dapat meningkatkan kompetensi siswa sebagai berikut:
a. Memaksimalkan
proses kerjasama yang berlangsung secara alamiah di antara para siswa.
b. Menciptakan
lingkungan pembelajaran yang berpusat pada siswa, kontekstual, terintegrasi,
dan bersuasana kerjasama.
c. Menghargai
pentingnya keaslian, konstribusi, dan pengalaman siswa dalam kaitannya dengan
bahan pelajaran dan proses belajar.
d. Memberi
kesempatan kepada siswa menjadi partisipan aktif dalam proses belajar.
e. Mengembangkan
berpikir kritis dan keterampilan memecahkan masalah.
f. Mendorong
eksplorasi bahan pelajaran yang melibatkan bermacam-macam sudut pandang.
g. Menghargai
pentingnya konteks sosial bagi proses belajar.
h. Menumbuhkan
hubungan yang saling mendukung dan saling menghargai di antarsiswa dan di
antara siswa dengan guru.
i. Membangun
semangat belajar sepanjang hayat.
Macam-Macam
Pembelajaran Kolaboratif
Berikut
adalah macam-macam pembelajaran kolaboratif yang mendapatkan perhatian luas:
a. Learning
Together (LT)
Dalam metode ini, kelompok dalam
kelas beranggotakan para siswa dengan kemampuan yang beragam. Setiap kelompok
bekerja sama menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru. Satu kelompok hanya
menerima dan mengerjakan satu set lembar tugas. Penilaian berdasarkan hasil
kerja kelompok.
b. Teams-Games-Tournament
(TGT)
Setelah belajar bersama kelompoknya
sendiri, para anggota suatu kelompok akan berlomba dengan anggota kelompok lain
sesuai dengan tingkat kemampuan masing-masing. Penilaian berdasarkan pada
jumlah nilai yang diperoleh kelompok.
c. Group
Investigation (GI)
Semua anggota kelompok dituntut
untuk merencanakan suatu penelitian beserta perencanaan pemecahan masalah yang
dihadapi. Kelompok menentukan apa saja yang akan dikerjakan dan siapa saja yang
akan melaksanakannya serta bagaimana perencanaan penyajiannya didepan forum
kelas.
d. Academic-Construktive
Controversy (AC)
Setiap anggota kelompok dituntut
kemampuannya untuk berada dalam disituasi konflik intelektual yang dikembangkan
berdasarkan hasil belajar msing-masing, baik bersama anggota sekelompok maupun dengan
anggota kelompok lain. Kegiatan pembelajaran ini mengutamakan pencapaian dan
pengembangan kualitas pemecahan masalah, pemikiran kritis, pertimbangan,
hubungan antarpribadi,kesehatan psikis dan keselarasan. Penilaian berdasarkan
pada kemampuan setiap anggota maupun kelompok mempertahankan posisi yang
dipilih.
e. Jigsaw
Procedure (JP)
Dalam bentuk pembelajaran ini,
anggota suatu kelompok diberi tugas yang berbeda-beda tentang suatu pokok
bahasan. Agar setiap anggota dapat memahami keseluruhan pokok bahasan, tes
diberikan dengan materi yang menyeluruh. Penilaian berdasarkan pada rata-rata
skor tes kelompok.
f. Student
Team Achievement Divisions (STAD)
Para siswa dalam suatu kelas dibagi
menjadi seberapa kelompok kecil. anggota-anggota dalam setiap kelompok saling
belajar dan membelajarkan sesamanya. Fokusnya adalah keberhasilan seseorang
akan berpengaruh terhadap keberhasilan kelompok dan demikian pula keberhasilan
kelompok akan berpengaruh terhadap keberhsilan individu siswa. Penilaian
berdasarkan pada pencapaian hasil belajar individual maupun kelompok.
g. Complex
Instruction (CI)
Metode pembelajaran ini menekankan
pelaksanaan suatu proyek yang berorientasi
pada penemuan, khususnya dalam bidang sains, matematika dan pengetahuan
sosial. Fokusnya adalah menumbuhkembangkan keterkaitan semua anggota kelompok
terhadap pokok bahasan. Metode ini umumnya digunakan dalam pembelajaran yang
bersifat bilingual (mengguanakan dua bahasa) dan diantara para siswa yang
sangat heterogen. Penilaian berdasarkan pada proses dan hasil kerja kelompok.
h. Team
Accelerated Instruction (TAI)
Bentuk pembelajaran ini merupakan
kombinasi antara pembelajaran kooperatif dengan pembelajaran individual. Secara
bertahap, setiap anggota kelompok diberi soal-soal yang harus mereka kerjakan
sendiri terlebih dulu. Setelah itu dilaksanakan penilaian bersama-sama dalam
kelompok. Jika soal tahap pertama telah diselesaikan dengan benar, setiap siswa
mengerjakan soal-soal tahap berikutnya. Namun, jika seorang siswa belum dapat
menyelesaikan soal tahap pertama dengan benar, ia harus menyelesaikan soal lain
pada tahap yang sama. Setiap tahapan soal disusun berdasarkan tingkat kesukaran
soal. Penilaian berdasarkan pada hasil belajar individual maupun kelompok.
i. Cooperative
Learning Structures (CLS)
Dalam pembelajaran ini, setiap
kelompok dibentuk dengan anggota dua siswa (berpasangan). Seorang siswa
bertindak sebagai tutor dan yang lain menjadi tutee. Tutor mengajukan
pertanyaan yang harus dijawab oleh tutee. Apa bila jawaban tutee benar, maka ia memperoleh poin atau skor yang
telah ditetapkan terlebih dulu. Dalam selang waktu yang juga telah ditetapkan
sebelumnya, kedua siswa yang saling berpasangan itu berganti peran.
j. Cooperative
Integrated Reading And Composition (CIRC)
Model pembelajaran ini mirip dengan
pembelajaran TAI. Sesuai namanya, model pembelajaran ini menekankan
pembelajaran membaca, menulis, dan tata bahasa. Dalam pembelajaran ini, para
siswa saling menilai kemampuan membaca, menulis, dan tata bahasa, baik secara
tertulis maupun lisan di dalam kelompoknya. Keterampilan yang dibutuhkan oleh
peserta yang berpartisipasi dalam model pembelajaran kolaboratif:
·
Pembentukan kelompok,
·
Bekerja dalam satu kelompok,
·
Pemecahan masalah kelompok, dan
·
Manajemen perbedaan kelompok.
Langkah-Langkah
Pembelajaran Kolaboratif
a. Para
siswa dalam kelompok menetapakan tujuan belajar dan membagi -tugas
sendiri-sendiri.
b. Semua
siswa dalam kelompok membaca, berdiskusi, dan menulis.
c. Kelompok
kolaboratif bekerja secara bersinergi mengidentifikasi, mendemonstrasikan,
meneliti, menganalisis, dan memformulasikan jawaban-jawaban tugas atau masalah
dalam LKS atau masalah yang ditemukan sendiri.
d. Setelah
kelompok kolaboratif menyepakati hasil pemecahan masalah, masing-masing siswa
menulis laporan sendiri-sendiri secara lengkap.
e. Guru
menunjuk salah satu kelompok secara acak (selanjutnya diupayakan agar semua
kelompok dapat giliran kedepan) untuk melakukan presentasi hasil diskusi,
kelompok lain mengamati, mencermati, membandingkan hasil presentasi tersebut
dan menanggapi. Kegiatan ini dilakukan kurang lebih selama 20-30 menit.
f. Masing-masing
siswa dalam kelompok kolaboratif melakukan elaborasi, inferensi dan revisi
(bila diperlukan) terhadp tugas-tugas yang telah dikumpulkan, disusun
perkelompok kolaboratif.
g. Laporan
siswa dikoreksi, dikomentari, dinilai dikembalikan pada pertemuan berikutnya
dan didiskusikan.
Karakteristik
Pembelajaran Kolaboratif
a. Siswa
belajar dalam satu kelompok dan memiliki rasa ketergantungan dalam proses
belajar, penyelesaian tugas kelompok mengharuskan semua anggota bekerja sama.
b. Interaksi
intensif secara tatap muka antaranggota kelompok.
c. Masing-masing
siswa bertanggung jawab terhadap tugas yang telah disepakati.
d. Siswa
harus belajar dan memiliki keterampilan komunikasi interpersonal.
e. Peran
guru sebagai mediator.
f. Adanya
sharing pengetahuan dan interaksi antara guru dan siswa, atau antarsiswa.
g. Pengelompokan
secara heterogen.
Kelebihan dan
Kekurangan Pembelajaran Kolaboratif
a.
Kelebihan Pembelajaran Kolaboratif
· Siswa
belajar bermusyawarah.
· Siswa
belajar menghargai pendapat orang lain.
· Dapat
mengembangkan cara berpikir kritis dan rasional.
· Dapat
memupuk rasa kerja sama.
· Adanya
persaingan yang sehat.
b.
Kelemahan Pembelajaran Kolaboratif
· Pendapat
serta pertanyaan siswa dapat menyimpang dari pokok persoalan.
· Membutuhkan
waktu cukup banyak.
· Adanya
sifat-sifat pribadi yang ingin menonjolkan diri atau sebaliknya yang lemah
merasa rendah diri dan selalu tergantung pada orang lain.
· Kebulatan
atau kesimpulan bahan kadang sukar dicapai.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar