Apakah pada akhirnya interpretasi dan
evaluasi tidak terpisahkan secara teoretis, karya kritik memasukkan keduanya.
Perhatikan dua pernyataan ini: Dalam karya Michelangelo, Moses, Musa
baru saja menanggulangi dorongan untuk melemparkan lempengan ke tanah, dan
“suatu acara penting dalam kunjungan Anda ke Roma, tidak diragukan lagi untuk
melihat patung Michelangelo Moses” Pada kedua kasus tersebut, kita
mengharapkan pembicara untuk menjelaskan dan membuktikan apa yang dikatakannya.
Biasanya, jika ditanya. “Mengapa Anda mengatakan demikian?” kita menjawab,
dengan argumen rasional. Namun, apakah kritikus memberikan argumennya?
Begitukah cara mereka membantu interpretasi? Apakah mereka memberikan pemikiran
atas kepercayaan bahwa yang mereka katakan adalah benar dan untuk ke atas apa
yang mereka nyatakan serta untuk bereaksi secara sama seperti yang mereka
lakukan?
Paul Ziff secara tepat menjelaskan
bahwa sementara apa yang dikatakan orang tentang suatu karya seni dan objek
estetika, ditawarkan sebagai dasar pemikiran atas keindahan atau kejelekan
suatu karya (misalnya “Tidak terorganisir”), tidak semua demikian (misalnya
“direkam di Minneapolis”), Meskipun ia percaya bahwa interpretasi dan evaluasi
dapat dipisahkan, Ziff beranggapan bahwa pemikiran kritis, jika sungguh
merupakan argumen, maka secara langsung relevan bagi keduanya. “Mengatakan
bahwa suatu lukisan adalah lukisan yang bagus, berarti sekadar mengatakan bahwa
ia berharga untuk dinikmati”” la menambahkan, argumen kritis mengacu pada
hal-hal yang dapat dipersepsi dan secara bersamaan mengarahkan persepsi kita.
Respons estetis atau keterlibatan adalah sebuah kegiatan. Kita tidak hanya
melihat dan mendengar, kita memperhatikan dan menyimak. Oleh karena itu,
sesuatu tampak sepele, seperti “itu hanya datar.” Jika mengatakan kepada kita
apa yang harus dilakukan terhadap karya, maka dapat menjadi dasar. Jika suatu
komentar terhadap karya memberi kita petunjuk atau saran yang membantu kita mengetahui
hal menarik tentang karya. maka komentar itu memberi dasar untuk mengetahui dan
mengapresiasi kelebihannya. Ia memberikan kepada kita dasar untuk menilai
karya.
Ziff memperingatkan bahwa kita harus
berhati-hati tentang memasukkan “kita”. Paling jauh, kita hanya dapat
memprediksi apa yang akan kita atau teman kita temukan pada suatu kontemplasi
oleh karena itu, apa yang berlaku sebagai argumen akan menjadi relatif bagi
kelompok individu tertentu.
Ahli sejarah seni, Jacob Rosenberg,
tidak setuju hal in. la percaya bahwa kualitas adalah persoalan kesepakatan
bersama di antara orang yang peka dan terlatih. Ia percaya bahwa studi yang
teliti tentang sejarah kritisisme akan membuka landasan umum yang dapat
diberikan untuk mendukung penilaian estetik la telah mempelajari sejarah
kritisisme dalam usahanya untuk menemukan strategi dan aturan yang paling baik.
Rosenberg mengagumi kritikus abad
keenambelas, Vasari, atas perkenalannya pada kritisisme sistematis-kritisisme
yang dalam kasus Vasari melibatkan penilaian yang didasarkan pada kebenaran
pada alam, invenzione (memahami hidup), dan designo (bentuk,
gambar). Namun, ia mengkritisi penolakan Vasari tentang periode seni umum
(misalnya, masa abad pertengahan) karena hal ini akan membutakan kita terhadap
karya yang juga bernilai. Rosenberg memilih Roger de Piles sebagai contoh
kritisisme Prancis abad ketujuh belas dan orang dikejutkan oleh ciri
kuantitatif dari sistem pemikirannya. Analisis Piles dihasilkan dari membuat
tingkatan seniman berdasarkan empat komponen-komposisi, gambar, warna, dan
skala satu sampai dua puluh.
Cukuplah untuk satu favoritsaya! Apa
yang dikagumi Rosenberg dalam penelitian Piles adalah ditelitinya banyak orang
besar dan memanfaatkan perbandingan langsung sebagaimana menyediakan dasar objektif
bagi suatu penilaian.
Rosenberg melanjutkan meneliti
kritisisme abad kedelapanbelas, kesembilanbelas, dan keduapuluh. Hal pokok dari
penelitiannya adalah menggarisbawahi keuntungan dan kerugian dari hal yang
menonjol dalam kritisisme, yang akan membuat kita dapat memformulasikan standar
objektif bagi metodologi kritis dengan mengidentifikasi apa yang paling baik
darinya. la meyakini bahwa studi seni historis komparatif menunjukkan bahwa
terdapat kriteria umum dari sebuah karya unggul, yaitu penghematan artistik,
keterpilihan, kepekaan pada media, kepekaan terhadap makna, konsistensi
vitalitas, daya penemuan, intensitas, kejelasan, dan keekspresifan, Kesemuanya
itu adalah apa yangberlanjut hinggaabadkeduapuluh dimana para kritisi harus
memperhatikan dan dapat menggunakannya untuk mendasari penilaiannya.
Formulasi standar kritis objektif yang
dipegang Rosenberg sebagai tujuan suatu kritisisme adalah apa yang mendapat
serangan dalam “Komunikasi Kritis”, esai penting karya Arnold Isenberg.
Lsenberg berargumen bahwa hampir semua orang watak sesungguhnya dari kritisisme
(termasuk Rosenberg) salah paham tentang watak sesungguhnya dari kritisisme.
Kritisisme bukanlah kegiatan pemberian dasar. Argumennya sangat menarik dan
perlu mendapatkan perhatian saksama, meskipun saya akan menyebutkannya menurut
cara saya dan menggunakan contoh saya sendiri. Secara umum kita mengerti
penalaran mengikuti model berikut:
K (klaim): “Habis hujan ya?”
Anda bertanya “Kenapa?”
A (alasan): “Karena jalanan basah.”
Sekarang, jika A adalah alasan bagi K,
maka dua pernyataan itu harus saling dihubungkan. Secara umum, keduanya dikat
oleh hukum atau setidaknya sebuah generalisasi semacam hukum:
H (Hukum) “Jika jalanan basah, maka
biasanya karena habis hujan.”
Dalam hal ini, Isenberg bertany,a
bagaimana cara kerja kritisisme? Jawabannya adalah tidak. Perhatikan komentar
kritikus Constantine Leontiev tentang karya Tolstoy, War and Peace:
Saya suka, bahkan saya memuja War and
Peace sebagai karya raksasa serta dengan pengantarmyayangberani pada
keseluruhan bagian novel tentang filsafat dan strategi, berlawanan dengan
ketenangan dan ketelitian artistik yang telah memandu kita selama ini. Saya
menyukai War and Peace pada suara patriotik yang pada saat tertentu
dibakar di setiap halaman dengan begitu kuatnya, untuk penggambaran peperangan,
untuk daya tarik yang kuat pada representasi, baik pada “godaan” dunia dan
kesenangan kehidupan keluarga, terhadap berbagai macam tokoh yang menaklukkan
pikiran pembacanya dan akan keberlakuannya.
Kita dapat menyederhanakan komentar
tersebut mengikuti model di atas sebagai berikut, (Isenberg menggunakan putusan
dan klaim serta aturan untuk hukum).
P (Putusan) : “War and Peace
sungguh bagus”.
A (Alasan) : “War and Peace
memiliki gambaran perang yang menyentuh hati”.
A (Aturan): “Karya apapun yang
mempunyai gambaran perang yang menyentuh adalah bagus”.
Namun, aturan tidak bekerja bahkan jika
kita menyelipkan kata “biasanya”. Sekeras apa yang telah dilakukan oleh
kritikus dan teoretikus Isenberg percaya, bahwa mereka belum menemukan
generalisasi sejenis hukum yang mengikat bersama putusan dan dasar, bahkan yang
paling disetujui oleh para kritisi. Tidaklah benar bahwa hampir semua novel
dengan gambaran perang yang menyentuh adalah bagus, apalagi kalau dikatakan
novel yang paling baik adalah yang memiliki gambaran perang yang menyentuh. Dan
tidaklah membantu untuk berusaha membuat aturan lebih rumit atau komprehensif
mempunyai gambaran perang yang menyentuh, representasi kehidupan keluarga yang
menarik, dan dukungan patriotik. Bahkan, jika kita setuju dengan Rosenberg
bahwa secara historis, hal-hal seperti vitalitas, intensitas, atau kejelasan
telah berulang kali digunakan untuk mendukung penilaian kritis, Isenberg
meyakini bahwa tidak ada aturan yang dapat diformulasikan, yang memungkinkan
kita untuk menghubungkan putusan kita dengan alasannya.
Menurut Isenberg, kritisi tidak
berurusan dengan produksi argumen deduktif. Mereka tidak memberikan alasan
untuk mendukung klaim mereka. Kenyataannya, mereka tidak minta untuk percaya
tentang apa saja. Mereka hanya berurusan dengan menunjuk (pointing). Mereka
mengajak kita untuk memersepsi sebagian dari objek atau kejadian.
William G.Lycan dan Peter K. Machamer
menawarkan satu kritisisme terhadap teori lsenberg. Mereka membantah bahwa jika
tugas kritikus mengajak kita untuk memersepsi apa yang telah ia lihat, maka
sulit untuk mengetahui bagaimana kita dapat mengatakan apakah ia memang
berhasil dengan apa yang dilakukannya. Kritisisme yang baik, bukan sekadar
mengajak penonton untuk memiliki persepsi yang sama, kritikus mengikuti
persepsi tertentu saja. oleh karena persepsi merupakan pengalaman pribadi dan
individual, bagaimana kita mengetahui bahwa pengalaman penonton sesuai atau
mendekati pengalaman kritikus? Hanya dengan memandang pada arah yang tepat atau
mengungkapkan kata-kata yang sama tidak akan membuktikan hal itu. lsenberg
berusaha menjelaskan komunikasi kritis, tetapi Lycan dan Machamer khawatir
bahwa kita tidak mempunyai dasar untuk menyebutnya komunikasi begitu menurut pandangannya.
Menurut Lycan dan Machamer, dasar
rasional penalaran memiliki logika yang khas. Mereka berdua berusaha
menghubungkan antara generalisasi (norma) dan evaluasi (putusan), tetapi bukan
karena generalisasi itu telah ditemukan secara ilmiah. Logika adalah bagian
dari bahasa kita belajar untuk “bagus” ketika kita juga dapat mengatakan bahwa
karya itu “seimbang” anggun? “utuh atau “penuh ketegangan.” Kecuali kita
menggunakan bahasa yang sama dengan si pembicara, mungkin kita tidak akan dapat
mengetahui apa yang ia bicarakan atau apa yang ia tunjuk ketika ia bicara
tentang kesatuan atau perkembangan plot. Ketika kita berbicara dengan bahasa
yang sama, kita mengerti bahwa ini adalah penting (menurut dan Machamer, hal
ini mungkin salah satu alasan bahwa diskursus kritis sering kali membingungkan.
Kritis bicara tentang “bentuk”, “keseimbangan”, dan “kesatuan” serta orang
sering mengklaim bahwa mereka tidak paham apa yang dibicarakan kritisi.
Memahami mengapa kesatuan adalah sesuatu hal yang baik dan memahami apa yang
menyertai kesatuan).
Bahkan, meskipun Lycan dan Machamer
benar dalam mengemukakan istilah seperti “utuh berarti setidaknya, bahwa itu
berarti baik untuk suatu karya seni, misalnya Perpindahan kedua dari Simfoni
Ketiga Beethoven utuh tidak dengan serta merta mengimplikasikan “Perpindahan
kedua dari Simfoni Ketiga Beethoven adalah baik”. Paling banter yang dapat kita
katakan adalah dalam batas bahwa perpindahan kedua karya Simfoni Ketiga
Beethoven utuh adalah baik. Namun, kritisi tampaknya lebih ingin membuat suatu
pandangan umum dengan mengatakan secara langsung bahwa perpindahan kedua adalah
baik.
Satu cara untuk menyatakan bahwa
Isenberg salah adalah dengan mengemukakan
beberapaaturan.Namun,sayasetujudengankeraguan Isenberg tentang kemungkinan
untuk merencanakan aturan-aturan. Pengalaman mengindikasikan bahwa kita tidak
memproduksi sesuatu yang salah,juga yang tidak bermakna: “Novel dengan
penggambaran perang adalah novel baik” atau “Karya dengan semua dan hanya
kualitas baik adalah bagus saya percaya bahwa kita dapat menunjukkan bahwa
Isenberg hanya sebagian saja benar dalam pencirian kegiatan kritis yang
menyeluruh. Akan tetapi, marilah kita melihat pada dasar lain untuk menganggap
bahwa kritisisme adalah semacam penunjukan (pointing).
Sumber :
Eaton, Marcia Muelder. (1988). Persoalan-Persoalan
Dasar Estetika. Jakarta: Salemba Humanika.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar