Berapa gaji presiden
direktur sebuah perusahaan swasta menengah di Jakarta? Bandingkan dengan gaji
seseorang yang baru saja lulus kuliah. Anda pasti akan menemukan jarak yang
amat besar, apalagi jika anda bekerja di perusahaan multinasional dengan modal
raksasa. Banyak orang tidak lagi mempertanyakan hal ini, karena sudah menjadi
bagian hidup sehari-hari masyarakat Indonesia.
Di tengah peliknya
kompetisi ekonomi nasional, yang kaya semakin kaya, sementara yang miskin justru
semakin miskin. Terciptalah kesenjangan sosial yang amat besar antara si kaya
dan si miskin. Yang satu sibuk memikirkan mau nongkrong di mall mana nanti
malam. Yang lain sibuk memikirkan mau makan apa nanti malam.
Keadaan ini semakin
lama semakin menjadi biasa di Indonesia. Berbagai kebijakan hukum dan politik
tidak berniat mengubah hal ini, bahkan kerap kali justru memperkuatnya. Kesenjangan
sosial yang besar juga dapat ditemukan di tingkat internasional. Dunia seolah
terbelah dua antara negara-negara Utara yang kaya, seperti Jerman, Jepang, AS
dan Kanada si satu sisi, dan negara-negara Selatan yang miskin, seperti
Nigeria, Vietnam, dan Indonesia.
Kesenjangan ini
semakin besar, layaknya kanker global, dan menciptakan banyak masalah lainnya
yang meresahkan. Apa sebenarnya penyebab kesenjangan sosial di tingkat nasional
maupun global ini?
Akar Penyebab
Ada empat penyebab
dari kesenjangan sosial. Pertama, kesenjangan terjadi, karena kesalahan
pembuatan kebijakan politik dan ekonomi yang membatasi kaum miskin untuk
berkembang, dan mempermudah kaum kaya untuk memperbesar kekayaannya. Kesalahan
kebijakan ini terjadi dalam bentuk penerapan pajak dan subsidi yang tidak
tepat. Orang kaya justru mendapat subsidi untuk semakin kaya, sementara orang
miskin justru kesulitan berkembang, karena pajak yang mengekang.
Dua, kebijakan politik dan ekonomi juga
banyak menyimpang, karena pengaruh dari kaum oligarki terhadap politik. Dalam
arti ini, oligarki adalah sekumpulan orang kaya yang menggunakan kekuasaannya
untuk menentukan arah kebijakan politik dan ekonomi yang menguntungkan mereka,
dan merugikan rakyat banyak. Bisa dibilang, politik dunia saat ini dikendalikan
oleh oligarki global. Berbagai perjanjian internasional dibuat demi kepentingan
kaum oligarki global ini dengan mengorbankan kepentingan banyak pihak, termasuk
kepentingan pelestarian alam.
Tiga, masyarakat luas juga turut ambil
bagian di dalam terciptanya kesenjangan global ini. Banyak orang masih hidup
dengan kesalahan cara berpikir yang disebarkan oleh para ahli yang ditunggangi
oleh kepentingan para oligarki global. Kapitalisme dalam bentuk pasar bebas
tanpa aturan dianggap sebagai jalan terbaik menuju keadilan dan kemakmuran.
Pandangan ini tersebar begitu luas dan dianggap benar, akibat pola penyebaran
informasi yang dikendarai kepentingan para oligarki global melalui berbagai
media yang ada.
Empat, kesenjangan global yang semakin besar
terjadi, akibat lemahnya perlawanan dari pihak-pihak yang dirugikan. Para
korban globalisasi tidak memiliki ideologi yang kuat untuk mengorganisir dan
mengarahkan diri bersama, sehingga tetap tertindas, dan tak mampu melawan. Para
korban globalisasi, yakni kaum miskin di berbagai tempat, kerap terpecah dan
terjebak di dalam kesulitan hidup mereka. Mereka memerlukan sudut pandang baru
untuk bisa mengorganisir diri, melawan ketidakadilan global dan mengubah
struktur sosial yang ada.
Dampak
Kesenjangan global
adalah kanker dunia. Ia merusak segala yang ada, dan menghancurkan semuanya
pada akhirnya. Ini dapat dengan langsung dilihat dari tiga dampak langsung dari
kesenjangan global. Pertama, kesenjangan global akan menciptakan
kecemburuan sosial yang besar.
Kecemburuan sosial
ini akan menciptakan suasana hidup bersama yang tidak nyaman. Pemandangan
kontras antara mobil dan rumah mewah di satu sisi, serta gubuk dan gerobak
jorok di sisi lain akan menjadi bagian dari hidup sehari-hari. Dua, keadaan
ini menciptakan banyak masalah lainnya, salah satunya adalah kriminalitas.
Akibat kemiskinan dan kecemburuan sosial yang menumpuk, orang lalu merasa
terjepit, dan akhirnya melakukan tindak kriminal, sekedar untuk mempertahankan
kehidupan diri dan keluarganya.
Hidup bersama lalu
diselubungi oleh rasa tidak aman. Orang bersikap curiga satu sama lain, karena
kriminalitas yang semakin besar, buah dari kesenjangan dan kecemburuan sosial
yang ada. Tiga, keadaan seperti itu adalah keadaan yang subur untuk
lahirnya terorisme. Terorisme selalu mengawinkan kemiskinan dengan tafsir
ajaran yang salah, baik itu ajaran agama, maupun filsafat.
Terlebih, kesenjangan
global akan membuat hubungan antar bangsa menjadi tegang dan dipenuhi konflik.
Ini tentunya membuka peluang untuk perang dalam segala bentuknya, mulai dari
perang siber, perang urat saraf sampai dengan perang terbuka.
Melampaui Kesenjangan
Karl Marx, pemikir
asal Jerman, sudah lama menganalisis hal ini. Di mata dia, kelas kaya, yakni
kelas pemilik modal, dan kelas miskin, yakni kelas pekerja, akan secara
otomatis saling berbenturan. Jumlah kelas kaya akan semakin sedikit, dan
semakin kaya. Sementara, jumlah kelas miskin akan semakin besar, dan semakin
miskin.
Pada satu titik akan
terjadi revolusi kelas pekerja yang akan menciptakan masyarakat tanpa kelas.
Revolusi ini terjadi secara alamiah sebagai bagian dari sejarah alamiah
manusia. Sulit membayangkan saat ini, bahwa analisis Marx akan menjadi
kenyataan. Kelas pekerja masih miskin ideologi, dan sulit mengorganisir diri.
Sementara, kelas
pemilik modal masih amat kuat mengendalikan gerak politik dan ekonomi dunia.
Cara pandang lain kiranya diperlukan. Thomas Piketty di dalam bukunya The
Capital in 21st Century menawarkan jalan lain, yakni memberikan pajak tidak
hanya untuk penghasilan, tetapi juga untuk aset-aset warisan di berbagai
negara. Hasil dari pajak itu lalu disalurkan untuk berbagai proyek pengembangan,
baik di tingkat nasional maupun internasional, seperti penyediaan air bersih,
ketahanan pangan, penyelenggaraan pendidikan yang bermutu dan pelayanan
kesehatan yang memadai.
Peran negara amatlah
besar di dalam hal ini. Maka dari itu, birokrasi pemerintahan dan lembaga hukum
yang ada haruslah bersih dari segala bentuk korupsi, kolusi maupun nepotisme. Ada
dua tantangan yang perlu ditanggapi secara serius. Pertama, kelompok
oligarki global akan terus melakukan perlawanan dengan berbagai cara terhadap
upaya ini.
Dua, kelas pekerja dan kaum miskin seluruh
dunia akan terus diancam perpecahan, jika tidak memiliki ideologi yang kokoh
dan kritis. Di dalam keadaan seperti ini, mereka akan sulit memperjuangkan
hak-haknya yang sah sebagai manusia yang memiliki harkat dan martabat. Kesenjangan
global adalah kanker dunia. Jika tidak segera ditanggapi dengan tepat, ia akan
mendorong perang dunia ketiga, dan mungkin kehancuran umat manusia…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar