a. Hubungan Politik dan Pendidikan Dalam Sistem
Sosial Politik
Di banyak negara berkembang, dimana pengaruh modernisasi
sangat kuat, pola hubungan pendidikan dan politik umumnya sama dengan hubungan
pendidikan dan politik di negara-negara Barat. Ada satu perbedaan bahwa di
negara-negara berkembang yang lebih maju, pendidikan formal memainkan peran
yang sangat penting dan nyata dalam mencapai perubahan politik dalam proses
rekrutmen dan pelatihan pemimpin dan elite politik baru. Di sebagian negara
maju, pendidikan berada dalam arus utama kehidupan politik nasional dan menjadi
isu penting dalam wacana politik. Hal demikian terjadi karena pendidikan merupakan wilayah tanggungjawab
pemerintah yang besar. Pendidikan publik bersifat politis karena dikontrol oleh
pemerintah dan memengaruhi kredibilitas pemerintah. Dengan makna lain melalui pendidikan suatu
kredibilitas maupun kejayaan dibangun atau bahkan sebaliknya, melalui
pendidikan sistem pemerintahan dapat direstrukturisasi ulang.
Keterkaitan antara
pendidikan dan politik berimplikasi pada semua dataran, baik pada dataran
filosofis maupun pada dataran kebijakan. Misalnya filsafat pendidikan di suatu
negara seringkali merupakan refleksi prinsip ideologis yang diadopsi oleh
negara tersebut. Di Indonesia, misalnya, Filsafat Pendidikan Nasional adalah
artikulasi pedagogis dari nilai-nilai yang terdapat pada pancasila dan
Undang-Undang Dasar 1945. Pada dataran kebijakan, sangat sulit memisahkan
antara kebijakan-kebijakan pendidikan yang dibuat oleh pemerintah di suatu
negara dengan persepsi dan kepercayaan politik yang ada pada pemerintah
tersebut.
b. Perkembangan politik pendidikan di kalangan masyarakat Indonesia
Di
kalangan masyarakat Indonesia sendiri, wacana hubungan antara politik dan pendidikan maupun pokok-pokok pikiran tentang politik dan pendidikan mulai berkembang, baik melalui seminar maupun karya-karya tulis. Namun demikian, harus diakui hingga saat ini
kajian politik pendidikan masih merupakan barang langka di negeri ini. Bahkan, kajian politik pendidikan masih jarang
terdengar di pusat-pusat studi kependidikan. Disiplin ilmu politik dan ilmu pendidikan masih cenderung
di lihat sebagai dua bidang kajian yang tidak memiliki hubungan apa-apa.
Dalam dua dekade terakhir, memasuki abad ke-21 dan
pemberlakuan otonomi daerah, lingkungan politik pendidikan di Indonesia telah
mengalami beberapa perubahan penting. Pertama, terjadinya perubahan peranan pemerintah pusat
dan daerah dalam kebijakan pendidikan yang sebelumnya didominasi oleh
pemerintah pusat, saat ini sudah mulai didistribusikan ke daerah. Kedua, semakin
terfragmentasinya pendidikan, baik secara politik
maupun dalam bentuk program. Ketiga, muncul
kembalinya kepentingan-kepentingan nonpendidikan, terutama dari dunia bisnis,
dalam wilayah pendidikan. Berbeda dengan tahun 1970-an ketika politik
pendidikan adalah wilayah kepentingan kelompok kepentingan kependidikan
berbasis luas (broad-based education interest groups), seperti
Departemen Pendidikan, Kepala Sekolah, Administrator dan Guru, mulai tahun
1980-an dunia pendidikan didominasi oleh tokoh-tokoh bisnis dan pegawai publik
yang terpilih.
Dalam tiga kecenderungan tersebut, yang cukup unik dalam
politik pendidikan di Indonesia hingga saat ini bahwa kurang berartinya peranan
kelompok kepentingan pendidikan (Education Interest Groups) dalam
formula kebijakan-kebijakan pendidikan. Jika dibandingkan dengan bidang-bidang
lainnya, perkembangan interest group dalam dunia pendidikan sangat
lamban. Saat ini berbagai perkembangan dan gejala tersebut perlu dikaji dalam
rangka memahami kompleksitas dan dinamika hubungan antara pendidikan dan
politik, baik dalam konteks global maupun dalam konteks lokal, khususnya dalam
konteks pemberlakuan otonomi daerah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar