Pada dasarnya manusia
merupakan makhluk sosial, sehingga manusia tidak dapat hidup sendiri didunia
ini,. Walaupun terkadang memang ada beberapa saat atau hal yang harus dilakukan
oleh manusia secara individual. Tapi pada dasarnya dalam suatu kehidupan atau
bermasyarakat seseorang pasti akan membutuhkan bantuan dari orang lain. Sebab,
mustahil dalam semasa hidupnya seseorang tidak pernah meminta bantuan dari
orang lain. Namun kenyataannya ada beberapa permasalahan yang timbul dalam kehidupan
bermasyarakat. Seperti rasa iri, dengki, benci, saling berprasangka, cemburu
sosial, dll, yang semua itu merupakan penyakit hati yang dimiliki oleh setiap
manusia.
Kecemburuan
sering diidentikkan sebagai bentuk rasa sayang yang diakibatkan oleh karena
rasa merasa diacuhkan oleh pasangan atau orang yang disayanginya. Namun,
kecemburuan tidak identik hanya soal hubungan manusia, antara sepasang kekasih,
antar suami istri, antara kakak dan adik, atau seseorang dengan teman lainnya.
Yang coba penulis maksudkan, itu tidak beridentik dengan hanya soal rasa dalam
hubungan. Kecemburuan bisa berupa keinginan memiliki apa yang orang lain
miliki, dan itu bisa jadi bukan mengenai barang atau materi, seperti handphone
merek tertentu. Tas, sepatu atau baju dengan merek (Brand) yang ternama &
diproduksi dalam jumlah yang sedikit demi menjaga harga tinggi dari barang
tersebut. Dan semua kecemburuan sosial dalam bentuk materi seperti itu wajar
saja terjadi, dalam kadar yang masih terkontrol. Kadar yang masih wajar sebagai
kecemburuan berdasar pada daya beli sang pencemburu dan tidak menimbulkan efek
negatif dari kecemburuannya.
Cemburu sosial
merupakan sesuatu yang harus diwaspadai sebab akibatnya cukup serius, karena
hal tersebut dapat merusak kehangatan yang sudah terjalin antar warga
masyarakat. Bagaimana tidak, andai saja dalam suatu lingkungan masyarakat ada
seorang warga yang iri terhadap warga lainnya (tetangganya), maka apapun yang
tetangganya tersebut lakukan akan ia pandang dari sisi negatifnya saja, dan ia
pasti tidak mau disalahkan karena ia merasa bahwa dirinya lah yang paling benar
dan bahayanya lagi kadang ia menghasut orang lain untuk ikut-ikutan benci
terhadap tetangganya itu. Hal ini lah yang membuat terjadinya perpecahan dalam
suatu lingkungan masyarakat, sehingga nantinya terbentuk dua kubu yang saling
bermusuhan.
Anilisis Gordon
Alport (1958) tentang parasangka atau kecemburuan sosial akibat adanya
pelapisan sosial yang dikenal dengan beberapa pendekatan antara lain:
a. Pendekatan
historis.
Pendekatan historis didasarkan atas
teori pertentangan kelas, yaitu konflik antara kelas atas, kelas menengah, dan
kelas bawah. Pertentangan kelas itu diwarnai oleh kondisi saling menyalahkan,
timbulnya prasangka dan kecemburuan sosial. Contohnya prasangka orang kulit putih
terhadap ras negro, yang secara historis dipengaruhi oleh budaya “Tuan” dan
“Budak”.
b. Pendekatan
kepribadian (psikologis).
Pendekatan kepribadian (psikologis)
menyatakan bahwa prasangka dan kecemburuan sosial sosial diakibatkan oleh
keadaan frustasi yang mendorong tindakan agresif. Menurut teori ini tindakan
agresi, prasangka, dan frustasi lebih ditentukan oleh tipe kepribadian
seseorang akibat proses sosialisasi yang keliru terhadap lingkungan
masyarakatnya.
c.
Pendekatan fenomenologis.
Pendekatan fenomenologis menyatakan
bahwa prasangka dan kecemburuan sosial dipengaruhi oleh bagaimana individu
memandang masyarakat dan lingkungannya, sehingga persepsilah yang menyebabkan
prasangka dan kecemburuan sosial. Menurut teori ini terjadinya pelapisan sosial,
perbedaan kemampuan, dan tindakan individu merupakan gejala-gejala yang
bersifat fenomenal atau bersifat umum.
d. Pendekatan
naïve.
Pendekatan naïve lebih menyoroti objek
prasangka atau objek tindakan individu, dan bukan menyoroti pelakunya/
individunya. Bahwa yang menimbulkan prasangka adalah individu itu sendiri yang
berprasangka atas perilaku tertentu. Contoh pada masa lalu Pegawai Negri Sipil
selalu disangka akan hanya mendukung partai tertentu padahal belum tentu benar.
e.
Pendekatan sosiokultural dan situasional.
Pendekatan sosiokultural dan
situasional adalah pendekatan yang menyoroti tentang kondisi dan situasi saat
ini sebagai penyebab timbulnya perilaku, sikap, prasangka, dan kecemburuan
tertentu.
Sumber:
http://5osial.wordpress.com/tag/stratifikasi-sosial-masyarakat-feodal/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar