Senin, 05 Desember 2016

KECEMBURUAN SOSIAL



Pada dasarnya manusia merupakan makhluk sosial, sehingga manusia tidak dapat hidup sendiri didunia ini,. Walaupun terkadang memang ada beberapa saat atau hal yang harus dilakukan oleh manusia secara individual. Tapi pada dasarnya dalam suatu kehidupan atau bermasyarakat seseorang pasti akan membutuhkan bantuan dari orang lain. Sebab, mustahil dalam semasa hidupnya seseorang tidak pernah meminta bantuan dari orang lain. Namun kenyataannya ada beberapa permasalahan yang timbul dalam kehidupan bermasyarakat. Seperti rasa iri, dengki, benci, saling berprasangka, cemburu sosial, dll, yang semua itu merupakan penyakit hati yang dimiliki oleh setiap manusia.
Kecemburuan sering diidentikkan sebagai bentuk rasa sayang yang diakibatkan oleh karena rasa merasa diacuhkan oleh pasangan atau orang yang disayanginya. Namun, kecemburuan tidak identik hanya soal hubungan manusia, antara sepasang kekasih, antar suami istri, antara kakak dan adik, atau seseorang dengan teman lainnya. Yang coba penulis maksudkan, itu tidak beridentik dengan hanya soal rasa dalam hubungan. Kecemburuan bisa berupa keinginan memiliki apa yang orang lain miliki, dan itu bisa jadi bukan mengenai barang atau materi, seperti handphone merek tertentu. Tas, sepatu atau baju dengan merek (Brand) yang ternama & diproduksi dalam jumlah yang sedikit demi menjaga harga tinggi dari barang tersebut. Dan semua kecemburuan sosial dalam bentuk materi seperti itu wajar saja terjadi, dalam kadar yang masih terkontrol. Kadar yang masih wajar sebagai kecemburuan berdasar pada daya beli sang pencemburu dan tidak menimbulkan efek negatif dari kecemburuannya.
Cemburu sosial merupakan sesuatu yang harus diwaspadai sebab akibatnya cukup serius, karena hal tersebut dapat merusak kehangatan yang sudah terjalin antar warga masyarakat. Bagaimana tidak, andai saja dalam suatu lingkungan masyarakat ada seorang warga yang iri terhadap warga lainnya (tetangganya), maka apapun yang tetangganya tersebut lakukan akan ia pandang dari sisi negatifnya saja, dan ia pasti tidak mau disalahkan karena ia merasa bahwa dirinya lah yang paling benar dan bahayanya lagi kadang ia menghasut orang lain untuk ikut-ikutan benci terhadap tetangganya itu. Hal ini lah yang membuat terjadinya perpecahan dalam suatu lingkungan masyarakat, sehingga nantinya terbentuk dua kubu yang saling bermusuhan.

Anilisis Gordon Alport (1958) tentang parasangka atau kecemburuan sosial akibat adanya pelapisan sosial yang dikenal dengan beberapa pendekatan antara lain:
a.  Pendekatan historis.
Pendekatan historis didasarkan atas teori pertentangan kelas, yaitu konflik antara kelas atas, kelas menengah, dan kelas bawah. Pertentangan kelas itu diwarnai oleh kondisi saling menyalahkan, timbulnya prasangka dan kecemburuan sosial. Contohnya prasangka orang kulit putih terhadap ras negro, yang secara historis dipengaruhi oleh budaya “Tuan” dan “Budak”.
b.  Pendekatan kepribadian (psikologis).
Pendekatan kepribadian (psikologis) menyatakan bahwa prasangka dan kecemburuan sosial sosial diakibatkan oleh keadaan frustasi yang mendorong tindakan agresif. Menurut teori ini tindakan agresi, prasangka, dan frustasi lebih ditentukan oleh tipe kepribadian seseorang akibat proses sosialisasi yang keliru terhadap lingkungan masyarakatnya.
c.   Pendekatan fenomenologis.
Pendekatan fenomenologis menyatakan bahwa prasangka dan kecemburuan sosial dipengaruhi oleh bagaimana individu memandang masyarakat dan lingkungannya, sehingga persepsilah yang menyebabkan prasangka dan kecemburuan sosial. Menurut teori ini terjadinya pelapisan sosial, perbedaan kemampuan, dan tindakan individu merupakan gejala-gejala yang bersifat fenomenal atau bersifat umum.
d.  Pendekatan naïve.
Pendekatan naïve lebih menyoroti objek prasangka atau objek tindakan individu, dan bukan menyoroti pelakunya/ individunya. Bahwa yang menimbulkan prasangka adalah individu itu sendiri yang berprasangka atas perilaku tertentu. Contoh pada masa lalu Pegawai Negri Sipil selalu disangka akan hanya mendukung partai tertentu padahal belum tentu benar.
e.   Pendekatan sosiokultural dan situasional.
Pendekatan sosiokultural dan situasional adalah pendekatan yang menyoroti tentang kondisi dan situasi saat ini sebagai penyebab timbulnya perilaku, sikap, prasangka, dan kecemburuan tertentu.

Sumber: http://5osial.wordpress.com/tag/stratifikasi-sosial-masyarakat-feodal/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar