Disamping berdimensi berfikir maka manusia itu berdimensi
percaya. Percaya adalah sikap dan sifat, membenarkan sesuatu, atau menganggap
sesuatu sebagai benar. Kepastian adalah sikap mental atas dasar keyakinan bahwa
ada kebenaran, tetapi kebenaran yang diselidiki sendiri. Adapula kemungkinan
bahwa orang memunyai keyakinan akan kebenaran bukan karena penyelidikkan
sendiri, melainkan atas pemberitahuan pihak lain. Ahli ilmu falak mengatakan
misalnya bahwa pada tanggal tertentu akan ada gerhana bulan. Penulis yakin
bahwa pemberitahuan itu benar, jadi setelah diberitahu itu, penulis tahu akan
sesuatu kebenaran. Pengetahuan yang tercapai itu disebut kepercayaan. Kepastian
terdapat karena percaya ini tidak perlu kurang pastinya dari kepastian yang
diperoleh sendiri. Jadi, kepercayaan itu adalah anggapan atau sikap mental
bahwa sesuatu itu benar. Arti lain dari kepercayaan adalah sesuatu yang diakui
sebagai benar. Kita tidak bisa membayangkan manusia dapat hidup tanpa kepercayaan
apapun baik dalam arti yang pertama maupun dalam arti yang kedua.
Keyakinan adalah suatu sikap yang ditunjukkan oleh manusia
saat ia merasa cukup tahu dan menyimpulkan bahwa dirinya telah mencapai
kebenaran. Karena keyakinan merupakan suatu sikap, maka keyakinan seseorang
tidak selalu benar atau keyakinan semata bukanlah jaminan kebenaran. Jika
keyakinan tidak ada keraguan yang akan muncul dan kesalahan akan sering kali
menghalangi. Keyakinan sangat penting dalam kehidupan seperti keyakinan dalam memeluk
agama. Kepercayaan adalah suatu keadaan psikologis pada saat seseorang
menganggap suatu premisi benar. Kita yakin dalam satu hal maka kepercayaan akan
muncul. Keyakinan sangan berdampingan dalam hidup. Contoh, pada saat kesulitan
menghampiri maka sangat di perlukan sikap keyakinan agar kesulitan yang di
alami dapat di lewatkan. Kenyakinan sangat vital dalam hidup. Tidak ada salahnya kita gunakan keyakinan
kita dengan penuh percaya, mudah-mudahan bisa membantu dalam hidup.
Macam-macam Kepercayaan
a. Kepercayaan dalam kehidupan
sehari-hari
Kita
lihat dalam kehidupan sehari-hari yang kita akui sebagai ibu kandung kita,
sesungguhnya kita terima semata-mata atas dasar kepercayaan karena kita tidak
merasa perlu membuktikannya. Kita dapat makan sebagai hal yang dapat kita
lakukan sehari-hari, apabila kita senantiasa dikuasai kesangsian atau
ketidakpercayaan atas setiap makanan yang kita makan itu. Dihubungkan dengan
contoh lain, kita tidak akan pernah naik kendaraan bermotor yang dikemudikan orang
lain bila kita tidak memunyai kepercayaan atas kendaraan (mobil, kereta api,
kapal laut, pesawat terbang, dan sebagainya) yang kita tumpangi dan bila kita
memunyai kepercayaan kepada pengemudinya tanpa kita terlebih dahulu mempelajari
dan menyelidiki secara ilmiah segala seluk beluk mesin kendaraan. Tanpa kita
terlebih dahulu mengetes dan mengecek kemampuan dan kemahiran pengemudi secara
seksama. Walaupun yang kita percayai pada mulanya dengan begitu saja itu
mungkin saja kemudian dapat diperkuat dengan bukti-bukti hasil penyelidikan
rasional, namun itu masalah kemudian bukan masalah permulaan.
b. Kepercayaan dalam ilmu pengetahuan
Amidjaja,
Rektor ITB pernah mengemukakan bahwa dalam ilmu pengetahuan yang dilandasi
dengan kesangsian, namun masalah kepercayaan tidak dapat dikesampingkan. Para
pemula dalam disiplin ilmu pengetahuan tertentu pertama-tama menerima saja
terlebih dahulu suatu dalil atau aksioma atas dasar kepercayaan. Walaupun dalam
perkembangan kemudia melalui proses analisa dan penelitian rasional akhirnya
sampai juga pada dalil aksioma yang pada mulanya diterima begitu saja atas
dasar kepercayaan itu. Ilmu pengetahuan dalam mengemukakan pendapat bersandar
pada ponstulat-ponstulat tertentu atau kebenaran-kebenaran yang sudah diterima
dengan begitu sebelum secara mutlak yang diterima begitu saja atas dasar
kepercayaan semat-mata. Sekali lagi kita tegaskan bahwa dalam bidang-bidang
ilmu pengetahuan sekalipun yang konon diawali dengan keraguan dan kesangsian
itu sendiri.
c.
Kepercayaan
dalam filsafat
Seseorang
yang terkemukan dari penyangsi modern ialah Descartes (1596-1650) seorang ilmu
pasti yang paling ulung pada zamannya yang juga peletak dasar rasionalisme yang
sebenarnya di Eropa. menurut aliran rasionalime akal manusia itu memang cukup
kuat untuk memecahkan segala soal, cukup kuat untuk mencapai kebenaran yang
terakhir setidak-tidaknya cukup kuat untuk mengejarnya atas dasar akal sendiri.
Penuh keyakinan aliran rasionalisme percaya dengan maksud percaya adalah esa,
akan hal manusia sebagai kunci yang membuka segala rahasia. Hanyalah dapat
ditanyakan keyakinan itu berdasarkan atas apa? Pada pikiran hemat kami tidak
dapat dihindarkan, keterangan bahwa penelitian akal manusia sebagai dasar atas
pangkal filsafat dan ilmu pengetahuan adalah suatu pemilihan yang ada pada
tidak akal sifatnya. Rasionalisme memilih akal itu karena kepercayaan terhadap
akal. Dalam kepercayan itu tidak dicapai dengan jalan pikiran yang akali
melainkan kepercayaan itulah tidak lain daripada keyakinan. Atas dasar
rasionalisme memilih akal manusia sebagai titik berangkat atau akal pikiran. Tiap-tiap
filosof membutuhkan suatu pangkal pikiran atau titik berangkat. Ada yang
memilih akal sebagai titik berangkat, ada yang memilih arus hidup ada yang
memilih eksistensi. Pemilihan itu tergantung daripada keyakinan ahli pikir
sendiri. Jadi dalam filsafat sekalipun yang katanya mencari keberanaran secara
radikal, integral, universal itu, terbukti bahwa ada unsur atau faktor
kepercayaan tersebut menjadi pangkal tolaknya sendiri.
d. Kepercayaan dalam agama
Manusia
memerlukan suatu bentuk kepercayan. Hal itu akan mengahadirkan nilai-nilai guna
untuk menopang hidupnya. Sikap kepercayaan atau ragu yang sempurna tidak
mungkin dapat terjadi, tetapi selain kepercayaan itu dapat dianut sesuai dengan
kebutuhan demikian pula cara kepercayaanpun harus benar pula. Menganut
kepercayaan yang salah bukan saja dikehendaki, tetapi bahkan berbahaya.
Disebabkan kepercayaan itu diperlukan maka dalam kenyataannya kita temui
bentuk-bentuk kepercayaan iu berbeda satu dengan yang lainnya. Faktor
kepercayaan ini mutlak dalam agama. Dalam agama, kepercayaan merupakan suatu
unsur yang amat penting dan dalam hal ini amat masuk akal alaannya kebenaran yang
dipercayai oleh kaum yang beragama ini diyakini sebab diberitahukan oleh yang
tak dapat berdusta (Tuhan sendiri) atau paling sedikit seorang yang menerima
tugas memberitahukan kebenaran ini kepada umat manusia, ia patut dipercaya.
Percaya ialah menerima kebenaran demi kewibawaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar