Jumat, 30 Desember 2016

Logika Hidup Ataukah Makna Hidup?



Bila seseorang bertanya atau menyuruh anda untuk merenungi apa Logika hidup ? maka mungkin anda sedikit mengerenyitkan dahi karena menangkap suatu yang bernuansa ganjil dalam pertanyaan itu. karena menurut anda yang lebih ideal adalah mempertanyakan apa Makna hidup ? dan memang pada umumnya orang orang akan membicarakan apa ‘makna hidup’ ketimbang apa ‘logika hidup’

Pertanyaannya, apa sebenarnya beda antara ‘logika’ dan ‘makna’ apabila disandarkan terhadap ‘hidup’ ? mari kita analisis satu per satu : ‘hidup’ adalah sebuah kosakata yang tafsirannya teramat kompleks-luas dan mendalam,di sisi lain ‘logika’ adalah suatu yang sering diparalelkan dengan ‘isi kepala’ karena isi kepala manusia adalah identik dengan tempat dimana didalamnya manusia bermain logika.sehingga bila ada kalimat ‘logika hidup’ maka berarti hidup yang di logika kan atau hidup menurut isi kepala manusia.sehingga pertanyaannya : bisakah sesuatu yang kompleks-luas-mendalam seperti hidup dan kehidupan dideskripsikan oleh isi kepala manusia ?

Sedang kosakata ‘makna’ (bila diperbandingkan dengan ‘logika’) maka pengertiannya lebih melekat atau lebih dilekatkan kepada ‘hati’,apa itu ‘hati’ ? hati adalah alat berfikir yang lebih luas dan lebih mendalam ketimbang isi kepala-otak sehingga apa apa yang tidak bisa digambarkan atau dideskripsikan oleh otak-isi kepala maka biasanya manusia akan membawanya ke dalam hati.isi kepala dan hati masing masing memang memiliki karakter berfikir yang berbeda.didalam otak maka bahan baku ilmu pengetahuan itu akan diurai-dianalisis dan dimuarakan kedalam konsep-rumusan yang baku-konstruktif dengan hitam-putih yang jelas  seperti benar-salah,baik buruk yang jelas.sedang apabila bahan baku ilmu pengetahuan dibawa kedalam hati maka disana ia akan didalami-dihayati-direnungi untuk menangkap essensi-makna-hakikatnya.jadi tugas hati itu lebih luas dan lebih mendalam ketimbang tugas otak karena hati akan lebih mengarahkan kepada mencari essensi ketimbang hal hal yang bersifat ‘permukaan kulit luar’

Itu sebab manusia lebih suka mendalami ‘makna  hidup' ketimbang ‘logika hidup’ karena secara intuitif manusia lebih suka menyerahkan atau membawa persoalan hidup kedalam hati bukan membawanya kedalam otak. Dalam ranah agama maka konsep ‘makna’ memperoleh porsi yang istimewa ketimbang ‘logika’ sehingga dalam agama ada perintah agar segala suatu itu di’makna’i artinya didalami-dihayati-direnungi untuk dicari atau difahami essensinya.sehingga dalam agama (Ilahiah) yang ada adalah ‘makna ibadah’ bukan ‘logika ibadah’-makna puasa-makna sholat dlsb. tak ada perintah untuk melogikakan puasa atau melogikakan sholat misal,artinya persoalan puasa-solat bukan untuk di bawa ke ranah otak tapi ke ranah hati.

Beda dengan dalam filsafat maka disana ‘logika’ memperoleh porsi yang sangat istimewa ketimbang ‘makna’,artinya dalam filsafat isi kepala atau otak menjadi alat berfikir yang utama-menjadi parameter sedang ‘hati’ mungkin diposisikan hanya sebagai alternative pendamping otak

Mengapa hati harus menjadi alat berfikir yang utama ? karena persoalan ilmu-persoalan hidup-persoalan manusia memang tak cukup bisa ditampung hanya oleh otak.otak ibarat danau yang tak akan mampu menampung 1001 permasalahan yang manusia temukan dalam kehidupannya yang ibarat air samudera banyaknya.sedang hati itu ibarat samudera lautan yang kapasitas dan kualitasnya  jauh lebih luas dan lebih tajam ketimbang hati.coba saja kalau suatu permasalahan kita masukkan kedalam ‘mesin’ otak maka disana otak akan membawa permasalahan itu ke jalan-metode yang berliku liku-terkadang teramat panjang,tetapi hati cenderung lebih kepada to the poin-langsung ke essensinya bandingkan dengan otak yang lebih orientasi kepada hal hal yang lebih bersifat ‘teknis’

Semoga dengan artikel ini anda bisa lebih mengenal apa itu ‘hati’ dan apa itu ‘otak’ sehingga bisa memilah serta membedakan keduanya. pengetahuan tentang masalah ini fungsinya sangat vital karena dalam menghadapi persoalan apapun maka kita akan berhadapan dengan persoalan yang menuntut kita untuk apakah harus lebih menggunakan hati ataukah harus lebih menggunakan otak ?
Sebagai contoh,apabila anda sedang belajar fisika-teknologi-hal hal yang saintifik maka anda focus menggunakan otak,tetapi ketika anda belajar agama maka fungsi hati akan lebih dominan,itu karena hati dapat menelusur hal hal yang lebih luas dan lebih mendalam ketimbang otak Maksud saya agar jangan sampai semua persoalan dibawa ke otak,diolah di otak dan diselesaikan oleh otak,lalu apa fungsi hati yang didalamnya ada 'nurani' tempat manusia menangkap essensi terdalam dari kebenaran dan kebaikan.lebih parah lagi apabila oleh otak anda dibawa berkelana kepada pemikiran demi pemikiran manusia,kepada pertanyaan demi pertanyaan yang sulit dijawab,sementara di sisi lain hati nurani anda 'kunci' sehingga dalam hidup yang anda temukan hanya keraguan demi keraguan




Tidak ada komentar:

Posting Komentar