Menurut UU No. 20
Tahun 2003, pendidikan
adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
bangsa, dan negara. Dalam mengembangkan potensinya, peserta didik mengalami
proses pembelajaran, baik di dalam kelas maupun di luar kelas. Pembelajaran adalah proses interaksi
antara peserta didik dengan pendidik yang dibantu dengan sumber belajar
(seperti buku) pada suatu lingkungan belajar.
Pembelajaran
merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses perolehan
ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap
dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah
proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik. Pada proses
pembelajaran, peserta didik membutuhkan seorang pendidik atau guru dalam
mendapatkan suatu pengetahuan. Guru adalah seorang fasilitator, artinya guru
berperan dalam memberikan pelayanan untuk memudahkan siswa dalam kegiatan
proses pembelajaran. Guru juga sebagai pembimbing, artinya guru harus memiliki
pemahaman tentang anak yang sedang dibimbingnya. Kemudian guru juga harus
memahami dan terampil dalam merencanakan, baik merencanakan tentang tujuan dan
kompetensi yang hendak dicapai, maupun merencanakan proses pembelajaran. Bukan
hanya sekedar memberikan suatu materi saja, namun guru sebaiknya membimbing
siswa-siswanya agar memahami betul pengetahuan yang dia ajarkan. Namun ketika
proses pembelajaran berlangsung, kebanyakan guru memberikan suatu materi hanya
melalui ceramah saja, hal tersebut merupakan suatu hal yang membosankan dan
dapat membuat siswa mengantuk. Semenjak kita kecil dari sekolah SD sampai SMA
selalu diberikan materi melalui ceramah, padahal itu semua dapat membuat siswa
merasa bosan dan mengantuk. Karena siswa bukan menjadi objek dalam belajar,
melainkan harus menjadi subjek pembelajaran. Dalam hal ini, siswa lah yang
dituntut untuk mengkonstruksi atau membangun pengetahuan sendiri materi-materi
yang dipelajari melalui pengalaman. Membangun pengetahuan sendiri itulah
merupakan salah satu karakter pendidikan dari kurikulum 2013.
Salah satu aspek yang
menjadi ciri khas dalam kurikulum 2013 yaitu siswa yang aktif dalam proses
pembelajaran (student centre). Aktif dalam arti siswa sendiri yang menemukan
konsep pengetahuannya melalui pengalaman yang dibantu atau dibimbing oleh
gurunya. Pengalaman merupakan salah satu cara atau metode dalam pembelajaran
yang mementingkan siswa dalam memahami materi-materi dengan cara membangun
pengetahuan itu sendiri oleh siswa. Sehingga siwa mendapat pengetahuan itu
melalui pengalaman, agar materi-materi yang dia terima dapat selalu diingat.
Karena dengan pengalaman, siswa akan lebih mengerti apa yang sedang ia
pelajari.
Dalam pembelajaran
dengan model pendekatan kontekstual juga terdapat yang namanya inkuiri.
Pendekatan ini merupakan salah satu pendekatan yang mendukung untuk tercapainya
kesuksesan kurikulum 2013. Inkuiri secara bahasa artinya menemukan. Menemukan
merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran menggunakan pendekatan
kontekstual. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan
hanya hasil mengingat seperangkat fakta-fakta tetapi juga hasil dari menemukan
sendiri. Tahap-tahap inkuiri adalah Observasi, bertanya, mengajukan dugaan, pengumpulan
data, dan penyimpulan. Kata kunci dari
strategi inkuiri adalah siswa menemukan sendiri melalui pengalaman. Pengalaman
belajar yang diperoleh siswa dalam kehidupan sehari-hari didapat dari dunia
sekitarnya berupa stimulan-stimulan. Stimulasi ini berasal dari alam bebas
ataupun diciptakan oleh orang dewasa dalam bentuk program pendidikan.
Dalam hal ini,
terdapat salah satu aliran filsafat yang mendukung dalam hal pembelajaran
seperti itu, yaitu aliran filsafat empirisme. Empirisme berasal dari kata
bahasa Yunani, yaitu empeiria atau
dalam bahasa Inggris empiricsm dan experience, yang artinya pengalaman. Empirisme adalah suatu aliran filsafat
yang menyatakan bahwa semua pengetahuan berasal dari pengalaman manusia.
Sementara menurut A.R. Lacey empirisme adalah aliran filsafat yang berpandangan
bahwa pengetahuan secara keseluruhan didasarkan kepada pengalaman yang
menggunakan alat indera, yaitu bisa dengan meraba, melihat, mendengar, mengecap
dan mencium. Jadi dalam aliran empirisme ini berpendapat bahwa pengetahuan
tentang kebenaran tidak diperoleh melalui akal, melainkan diperoleh atau
bersumber dari panca indera manusia, yaitu kulit, mata, telinga, lidah dan
hidung. Dengan kata lain, kebenaran suatu pengetahuan adalah sesuatu yang
sesuai dengan pengalaman manusia. Bagi penganut empirisme, sumber
pengetahuan yang memadai itu adalah pengalaman. Sedangkan akal manusia hanya
berfungsi dan bertugas untuk mengatur dan mengolah bahan-bahan atau data yang
diperoleh melalui pengalaman.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar