Senin, 26 Desember 2016

EMPIRISME DALAM DUNIA PENDIDIKAN



Menurut UU No. 20 Tahun 2003, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Dalam mengembangkan potensinya, peserta didik mengalami proses pembelajaran, baik di dalam kelas maupun di luar kelas. Pembelajaran adalah proses interaksi antara peserta didik dengan pendidik yang dibantu dengan sumber belajar (seperti buku) pada suatu lingkungan belajar.

Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses perolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik. Pada proses pembelajaran, peserta didik membutuhkan seorang pendidik atau guru dalam mendapatkan suatu pengetahuan. Guru adalah seorang fasilitator, artinya guru berperan dalam memberikan pelayanan untuk memudahkan siswa dalam kegiatan proses pembelajaran. Guru juga sebagai pembimbing, artinya guru harus memiliki pemahaman tentang anak yang sedang dibimbingnya. Kemudian guru juga harus memahami dan terampil dalam merencanakan, baik merencanakan tentang tujuan dan kompetensi yang hendak dicapai, maupun merencanakan proses pembelajaran. Bukan hanya sekedar memberikan suatu materi saja, namun guru sebaiknya membimbing siswa-siswanya agar memahami betul pengetahuan yang dia ajarkan. Namun ketika proses pembelajaran berlangsung, kebanyakan guru memberikan suatu materi hanya melalui ceramah saja, hal tersebut merupakan suatu hal yang membosankan dan dapat membuat siswa mengantuk. Semenjak kita kecil dari sekolah SD sampai SMA selalu diberikan materi melalui ceramah, padahal itu semua dapat membuat siswa merasa bosan dan mengantuk. Karena siswa bukan menjadi objek dalam belajar, melainkan harus menjadi subjek pembelajaran. Dalam hal ini, siswa lah yang dituntut untuk mengkonstruksi atau membangun pengetahuan sendiri materi-materi yang dipelajari melalui pengalaman. Membangun pengetahuan sendiri itulah merupakan salah satu karakter pendidikan dari kurikulum 2013.

Salah satu aspek yang menjadi ciri khas dalam kurikulum 2013 yaitu siswa yang aktif dalam proses pembelajaran (student centre). Aktif dalam arti siswa sendiri yang menemukan konsep pengetahuannya melalui pengalaman yang dibantu atau dibimbing oleh gurunya. Pengalaman merupakan salah satu cara atau metode dalam pembelajaran yang mementingkan siswa dalam memahami materi-materi dengan cara membangun pengetahuan itu sendiri oleh siswa. Sehingga siwa mendapat pengetahuan itu melalui pengalaman, agar materi-materi yang dia terima dapat selalu diingat. Karena dengan pengalaman, siswa akan lebih mengerti apa yang sedang ia pelajari.

Dalam pembelajaran dengan model pendekatan kontekstual juga terdapat yang namanya inkuiri. Pendekatan ini merupakan salah satu pendekatan yang mendukung untuk tercapainya kesuksesan kurikulum 2013. Inkuiri secara bahasa artinya menemukan. Menemukan merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran menggunakan pendekatan kontekstual. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hanya hasil mengingat seperangkat fakta-fakta tetapi juga hasil dari menemukan sendiri. Tahap-tahap inkuiri adalah Observasi, bertanya, mengajukan dugaan, pengumpulan data,  dan penyimpulan. Kata kunci dari strategi inkuiri adalah siswa menemukan sendiri melalui pengalaman. Pengalaman belajar yang diperoleh siswa dalam kehidupan sehari-hari didapat dari dunia sekitarnya berupa stimulan-stimulan. Stimulasi ini berasal dari alam bebas ataupun diciptakan oleh orang dewasa dalam bentuk program pendidikan.

Dalam hal ini, terdapat salah satu aliran filsafat yang mendukung dalam hal pembelajaran seperti itu, yaitu aliran filsafat empirisme. Empirisme berasal dari kata bahasa Yunani, yaitu empeiria atau dalam bahasa Inggris empiricsm dan experience, yang artinya pengalaman. Empirisme adalah suatu aliran filsafat yang menyatakan bahwa semua pengetahuan berasal dari pengalaman manusia. Sementara menurut A.R. Lacey empirisme adalah aliran filsafat yang berpandangan bahwa pengetahuan secara keseluruhan didasarkan kepada pengalaman yang menggunakan alat indera, yaitu bisa dengan meraba, melihat, mendengar, mengecap dan mencium. Jadi dalam aliran empirisme ini berpendapat bahwa pengetahuan tentang kebenaran tidak diperoleh melalui akal, melainkan diperoleh atau bersumber dari panca indera manusia, yaitu kulit, mata, telinga, lidah dan hidung. Dengan kata lain, kebenaran suatu pengetahuan adalah sesuatu yang sesuai dengan pengalaman manusia. Bagi penganut empirisme, sumber pengetahuan yang memadai itu adalah pengalaman. Sedangkan akal manusia hanya berfungsi dan bertugas untuk mengatur dan mengolah bahan-bahan atau data yang diperoleh melalui pengalaman.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar