Bila seseorang bertanya atau menyuruh anda untuk merenungi apa Logika hidup
? maka mungkin anda sedikit mengerenyitkan dahi karena menangkap suatu yang
bernuansa ganjil dalam pertanyaan itu. karena menurut anda yang lebih ideal
adalah mempertanyakan apa Makna hidup ? dan memang pada umumnya orang orang
akan membicarakan apa ‘makna hidup’ ketimbang apa ‘logika hidup’
Pertanyaannya, apa sebenarnya beda antara ‘logika’ dan ‘makna’ apabila
disandarkan terhadap ‘hidup’ ? mari kita analisis satu per satu : ‘hidup’ adalah sebuah kosakata yang tafsirannya
teramat kompleks-luas dan mendalam,di sisi lain ‘logika’ adalah suatu yang
sering diparalelkan dengan ‘isi kepala’ karena isi kepala manusia adalah
identik dengan tempat dimana didalamnya manusia bermain logika.sehingga bila
ada kalimat ‘logika hidup’ maka berarti hidup yang di logika kan atau hidup
menurut isi kepala manusia.sehingga pertanyaannya : bisakah sesuatu yang
kompleks-luas-mendalam seperti hidup dan kehidupan dideskripsikan oleh isi
kepala manusia ?
Sedang kosakata ‘makna’ (bila diperbandingkan dengan ‘logika’) maka
pengertiannya lebih melekat atau lebih dilekatkan kepada ‘hati’,apa itu ‘hati’
? hati adalah alat berfikir yang lebih luas dan lebih mendalam ketimbang isi
kepala-otak sehingga apa apa yang tidak bisa digambarkan atau dideskripsikan
oleh otak-isi kepala maka biasanya manusia akan membawanya ke dalam hati.isi
kepala dan hati masing masing memang memiliki karakter berfikir yang
berbeda.didalam otak maka bahan baku ilmu pengetahuan itu akan
diurai-dianalisis dan dimuarakan kedalam konsep-rumusan yang baku-konstruktif
dengan hitam-putih yang jelas seperti benar-salah,baik buruk yang
jelas.sedang apabila bahan baku ilmu pengetahuan dibawa kedalam hati maka
disana ia akan didalami-dihayati-direnungi untuk menangkap
essensi-makna-hakikatnya.jadi tugas hati itu lebih luas dan lebih mendalam ketimbang
tugas otak karena hati akan lebih mengarahkan kepada mencari essensi ketimbang
hal hal yang bersifat ‘permukaan kulit luar’
Itu sebab manusia lebih suka mendalami ‘makna hidup' ketimbang
‘logika hidup’ karena secara intuitif manusia lebih suka menyerahkan atau
membawa persoalan hidup kedalam hati bukan membawanya kedalam otak. Dalam ranah agama maka konsep ‘makna’ memperoleh porsi
yang istimewa ketimbang ‘logika’ sehingga dalam agama ada perintah agar segala
suatu itu di’makna’i artinya didalami-dihayati-direnungi untuk dicari atau
difahami essensinya.sehingga dalam agama (Ilahiah) yang ada adalah ‘makna
ibadah’ bukan ‘logika ibadah’-makna puasa-makna sholat dlsb. tak ada perintah
untuk melogikakan puasa atau melogikakan sholat misal,artinya persoalan puasa-solat
bukan untuk di bawa ke ranah otak tapi ke ranah hati.
Beda dengan dalam filsafat maka disana ‘logika’ memperoleh porsi yang
sangat istimewa ketimbang ‘makna’,artinya dalam filsafat isi kepala atau otak
menjadi alat berfikir yang utama-menjadi parameter sedang ‘hati’ mungkin
diposisikan hanya sebagai alternative pendamping otak
Mengapa hati harus menjadi alat berfikir yang utama ? karena persoalan
ilmu-persoalan hidup-persoalan manusia memang tak cukup bisa ditampung hanya
oleh otak.otak ibarat danau yang tak akan mampu menampung 1001 permasalahan
yang manusia temukan dalam kehidupannya yang ibarat air samudera
banyaknya.sedang hati itu ibarat samudera lautan yang kapasitas dan kualitasnya
jauh lebih luas dan lebih tajam ketimbang hati.coba saja kalau suatu
permasalahan kita masukkan kedalam ‘mesin’ otak maka disana otak akan membawa
permasalahan itu ke jalan-metode yang berliku liku-terkadang teramat
panjang,tetapi hati cenderung lebih kepada to the poin-langsung ke essensinya
bandingkan dengan otak yang lebih orientasi kepada hal hal yang lebih bersifat
‘teknis’
Semoga dengan artikel ini anda bisa lebih mengenal apa itu ‘hati’ dan apa
itu ‘otak’ sehingga bisa memilah serta membedakan keduanya. pengetahuan tentang
masalah ini fungsinya sangat vital karena dalam menghadapi persoalan apapun
maka kita akan berhadapan dengan persoalan yang menuntut kita untuk apakah
harus lebih menggunakan hati ataukah harus lebih menggunakan otak ?
Sebagai contoh,apabila anda sedang belajar fisika-teknologi-hal hal yang
saintifik maka anda focus menggunakan otak,tetapi ketika anda belajar agama
maka fungsi hati akan lebih dominan,itu karena hati dapat menelusur hal hal
yang lebih luas dan lebih mendalam ketimbang otak Maksud saya agar jangan sampai semua persoalan dibawa
ke otak,diolah di otak dan diselesaikan oleh otak,lalu apa fungsi hati yang
didalamnya ada 'nurani' tempat manusia menangkap essensi terdalam dari
kebenaran dan kebaikan.lebih parah lagi apabila oleh otak anda dibawa berkelana
kepada pemikiran demi pemikiran manusia,kepada pertanyaan demi pertanyaan yang
sulit dijawab,sementara di sisi lain hati nurani anda 'kunci' sehingga dalam
hidup yang anda temukan hanya keraguan demi keraguan