Rasa keingintahuan
manusia ternyata tidak berlabuh pada rasa puas akan kebenarannya yang telah
dijumpai. Kebenaran-kebenaran yang berdasar pengalaman tampaknya bukan
pelabuhan terakhir atas keingintahuan manusia. Rasa ingin tahu ini kemudian
menyusup ke kawasan yang paling mendalam yang berada di balik kebenaran yang
tampak.
Kebenaran merupakan
hakikat dari kebenaran itu sendiri. Dengan menggunakan kemampuan akal secara
optimal, manusia terus menjajaki untuk menemukan hakikat segala yang wujud guna
mengatasi segala macam masalah yang di hadapi di kehidupan sehari-hari. Menemukan
kebenaran yang hakiki tentang Tuhan, alam dan manusia. Awalnya upaya mencari
kebenaran ini dilakukan melalui perenungan mengkritisi dan menganalisis secara
mendalam. Aktivitas ini kemudian dikenal sebagai pemikiran filsafat.
Dalam sebagian besar
dari sejarahnya, filsafat selalu membahas problema sehari-hari atau situasi
manusiawi. Pemikiran filsafat memang berawal dari kesadaran manusia terhadap
potensi nalarnya. Pemikiran-pemikiran filsafat yang muncul sejalan dengan
perkembangan peradaban di kawasan itu menunjukkan adanya saling keterkaitan
antara pemikiran filsafat tersebut.
Mencari Kebenaran
Dalam Filsafat
Penelitian merupakan
bagian dari upaya manusia untuk mememukan apa yang di sebut kebenaran.
Sementara kebenaran itu telah ada sebelum manusia itu ada. Ia berada di luar
alam manusia. Kebenaran itu sendiri bukan merupakan sesuatu yang statis,
melainkan terus berkembang. Dorongan ingin tahu yang ada pada dirinya, selalu
mendorong manusia untuk terus mengembangkan pencarian tersebut. Dengan
demikian, upaya untuk menemukan kebenaran itu sendiri merupakan aktivitas tanpa
henti.
Manusia adalah
makhluk multidimensional yang serba unik. Dalam diri manusia terdapat rahasia
yang tidak pernah terungkap secara tuntas. Atas dasar semua ini, manusia
menyandang beragam predikat. Para pakar dari berbagai disiplin ilmu menyebut
manusia dengan beragam nama seperti phitecantropus erectus, homo erectus, dan
homo economicus.
Diantara keunikan
yang khusus dimiliki manusia adalah kemampuan berfikir dan rasa ingin tahu.
Dengan adanya rasa ingin tahu ini manusia terdorong untuk terus bertanya
tentang diri dan apa-apa yang ada di sekelilingnya. Rasa ingin tahu mendorong
manusia untuk terus berkelana dengan pikirannya, guna menemukan jawaban yang
dianggapnya benar. Kebenaran bukanlah sesuatu yang ada dalam kesadaran kita
sejak lahir. Kesadaran terhadap kebenaran harus di cari oleh setiap manusia.
Manusia yang memiliki tanggung jawab terhadap hidupnya dan hidup orang lain
tentu memerlukan kebenaran. Prosesnya cukup panjang dan lama.
Begitu seorang
manusia menemukan kesadarannya, dia menuntut dirinya untuk hidup dalam apa yang
disebutnya benar. Apa yang disebut benar oleh seseorang adalah apa yang sesuai
dengan kesadarannya, yang disetujinya, yang dianggapnya baik, yang dianggapnya
punya nilai, yang dapat di jadikan pegangan dalam bertindak. Kebenaran adalah
sesuatu yang dikatakan "ya" kepadanya. Sesuatu yang sejalan dengan
pemikiran kita. Apapun yang menurut pendapat kita adalah benar.
Selanjutnya, dalam
sejarah manusia dikenal sejumlah lembaga yang kita kenal sebagai agama, ilmu,
filsafat, dan seni. Lembaga kebenaran filsafat, alatnya adalah nalar, logika
manusia yang bersifat spekulatif. Tujuannya adalah mencapai kebenaran yang
sifatnya mendasar dan menyeluruh dalam sistem konseptual. Ciri-ciri lembaga
kebenaran ini adalah konseptual, logis, universal, mendasar, menyeluruh,
"mutlak" dan langgeng. Sejarah lembaga kebenaran dijumpai di berbagai
pusat peradaban purba manusia. Penjelasan ini menunjukan bukti, bahwa
perjalanan manusia dalam upaya mencari kebenaran itu sudah cukup panjang.
sumber :
Jalaluddin. 2013. Filsafat Ilmu Pengetahuan. Jakarta: PT.
Rajagrafindo Persada
Tidak ada komentar:
Posting Komentar